Morgan mencoba berdiri dan melawan rasa nyeri di sekujur tubuh. Dua tukang pukul itu benar-benar menghabisi Morgan dengan haus darah yang tumpah-tumpah. Morgan mengeram kesakitan. mukanya bersimbah darah. badannya penuh lebam. saat Morgan sudah berdiri , dia berjalan sempoyongan. Jiwanya seakan telah hengkang dari raganya. sudah tidak ada tenaga. Dari mulut gang untunglah terlihat seorang mendekati Morgan.
"Ya tuhan. Tragis sekali penampilanmu." ucap Kalista sembari mencoba menatih Morgan.
"Arrrgghh, bawa aku kepada Fredrick."
"Diam saja dirimu. Kau harus diobati dulu."
.....
Selepas kejadian malam itu. Fredrick menemui Morgan di kediamannya.
"Bagaimana keadaan kakakmu?" Tanya Fredrcik kepada Kalista.
"Lebih baik daripada malam tadi. Dia sedang di kamar. Menulis pikiran dan inovasinya."
Fredrick mengisap rokok dalam-dalam dan membuang puntung yang hampir habis. "Tidak habis pikir diriku dengan kakak tololmu itu." Fredrick meninggalkan Kalista di mulut pintu dan masuk ke kamar Morgan.
"Sudahlah Mor. Kita tidak bisa menentang Kail Merah terus-terusan. Sudah berapa kali kau dihadang oleh tukang pukulnya? Cukup ini yang yang terakhir dan yang terburuk." Fredrick duduk di kursi pojok kamar dan bertanya kepada Morgan.
"Menegakan kebenaran harus ada pengorbanan. Aku tetap akan menentang dan memprovokasi para nelayan agar menentang Charter si Kail Merah. Apa kau tidak Lelah hidup begini terus-terusan?" jawab Morgan sembari menulis propaganda yang akan disebar di penjuru kota.