~~~~~~~~
Lalu, guru muda itu pun menuliskan kata-kata rasa, dalam sebuah bentuk prosa.
Sialnya,
Aku mengira kata-kata indah yang kau rangkai adalah untukku.
Ternyata, Â kata itu kau rangaki untuk Dia yang kau selipkan namanya dalam doamu. Â Bodohnya , Â Aku ikut-ikutan menyelipkan namamu dalam doaku. Â
Aku mengira, Aku punya rasa yang sama.
Rupanya aku terjebak dalam satu rasa bernama  fatamorgana. Â
Memilikimu hanyalah harap-harapku yang semu. Â
Doa-doaku padamu hanya lirih rinduku yang sendu
Aku dan kamu  mungkin tak  bisa bersatu.
Aku selalu mengira
Perjumpaan kita pasti punya alasan. Â
Betul, kamu datang hanya ingin memberiku sebuah pelajaran.
Aku terjebak dalam sebuah rasa.
Betulkah kamu dan dia ingin bersama?
Lantas mengapa aku ada?
Lantas kenapa Tuhan memberikan banyak sinyal tentang kita?
Apa aku yang terlalu berimajiansi?
Apa benar dirimu itu hanya sekedar ilusi?
"Ranti... Bangun!" Seorang perempuan berbadan gemuk, mengelus-ngelus  pundaknya.Â
Ia pun terbangun dari mimpinya. Matanya merah, dan badannya seolah sedang memikul beban yang berat. Ini efek tertidur di meja. Lelah rasanya.Â
"Kamu gak ngajar? Ini udah jam 11 loh" ucap Bu Fira. Rekan kerjanya.Â
"Astagfirullah.." kata perempuan itu. Ia langsung bersiap menuju kelas.Â