Rasa ini kian menjadi lebih kuat, Â kali ini Aku mengira. Â Dia punya rasa yang sama. Karena, Â tombol suka sudah beralih menajdi balasan cerita. Hatiku semakin menggebu. Aku pikir, mungkin laki-laki itu adalah jodohku. Apalagi, saat diksi yang sama dia bagikan di sosial medianya.
Kutanyakan teman-temanku. Apa dia melakukan hal yang sama kepada mereka? Saat teman-temanku menjawab. Tidak, bahkan dia  tak pernah melihat postingan orang lain. Aku pun kepayang, rasa-rasa itu terbang melayang-layang. Aku kian kepayang.  Hatiku, dipenuhi dengan bunga-bunga yang harumnya semerbak. Membuatku lebih bersemangat dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
Mungkin memang dia itu jodohku. Sungguh, meski aku hanya mengenalnya di dunia maya. Tapi, kesalehannya terdeteksi oleh panca indraku. Â Aku bisa tahu, dia laki-laki yang baik untukku. Karena itu, setiap hari tak pernah kulewatkan untuk memintanya kepada Tuhan.Â
Aku dan dia sama-sama paham agama. Itulah yang menjadi alasan, kenapa rasa-rasa diantara kami tak tersampaikan. Itulah yang menjadi alasan, saat kami berjumpa di jalan, Kami  pura-pura tidak saling mengenal. Itu pula yang menjadi alasan kenapa setiap rasa, hanya bisa di balas dengan kata yang tak bisa tertebak oleh makna. Kami pura-pura tidak tahu, kalau rasa itu telah menjangkiti jiwa kami berdua.
Namanya Dipra, Â dan aku yakin kepada Tuhan. Â Mungkin dia disiapkan oleh Tuhan hanya untukku. Aku juga merasa, mungkin suatu hari dia akan men-chatku dan menyampaikan i'tikad baiknya melamarku. Kurasa aku hanya perlu menunggu waktu itu tiba. Aku hanya perlu untuk bersabar, sampai waktu menyatukan kami berdua.
Sayang, beribu sayang. Semuanya hanya fatamorgana. Â Aku lupa, Aku hanya mengenalnya di sosial media. Aku kira dia tidak ada yang punya.
Rupanya, diksi indah dengan jutaan makna. Ia sengaja tulis untuk kekasihnya. Kekasihnya yang ia sembunyikan diam-diam dari dunia. Â Kasihan sekali diri ini, berharap pada sesuatu yang belum pasti.
"Kamu tahu nggak, Dipra itu dekat dengan seorang perempuan." Ucap Uswah.Â
Aku hanya memasang muka datar. Meski aku terluka mendengarnya. Tapi, tak ada yang boleh tahu. Kalau aku memendam rasa padanya.Â
"Mungkin itu adiknya atau kakaknya kali" kataku.Â
"Tidak Ranti,wanita yang dekat dengannya itu. Temannya temanku. Makanya Aku tahu mereka dekat" sambung Uswah lagi.Â