Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Hati

8 Januari 2024   10:37 Diperbarui: 8 Januari 2024   10:43 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Yang ini Deni, Dia dulu adalah seorang pembunuh berantai. Saat Ia menjadi TKI di Arab. Matanya di congkel karena Dia mengintip  anak gadis ketika mandi. Tapi sekarang Dia adalah penyanyi."


"Satu lagi Fuad, Dia buta sejak lahir  dan kakinya diamputasi karena ada luka yang menginfeksi. Dengan kondisi buta, dan kakinya yang hanya sebelah. Dia adalah pengusaha furniture yang beromset sekitar 500 juta per bulan.

"Ada pertanyaan Hanif?" Aku berusaha menyadarkannya.  

"Bagaimana mereka melakukan itu," sahutnya. 

 " Gampang kawan, yang normal mungkin punya mata biasa, tapi mereka tak bisa melihat dengan pandangan hati. Karena itu meski normal banyak orang yang tak mampu. Tunanetra menggunakan hatinya untuk menatap warna-warni dunia," ucap Fania.  

"Kau dengar itu Hanif, dengan  Mata Hati, I belive you Kamu pasti bisa lebih dekat dengan Tuhan. Aku yakin Kamu juga akan mampu menemukan potensi yang selama ini terkubur. I belive You, You can do it. Pakai mata hati Hanif." Aku menepuk dadanya.


Rupanya itu menjadi perjumpaan terakhir Aku dan Hanif. Esoknya Aku berangkat Ke Australia untuk menyambung S2ku. Hanif merasa nyaman di rumah singgah tunanetra milik Pamanku itu. Ibunya pun memberi izin kepada Hanif untuk tinggal disana.


Sudah 5 tahun Aku tak berjumpa dengan Hanif Ali Prasetyo. Dan sore ini muncul berita tentangnya di tv Dia telah menggemparkan dunia olahraga.

Dia menjadi  tunanetra pertama yang menyandang sabuk hitam dan memberikan medali emas kepada tanah air ini saat olimpiade di Jepang . Aku bangga padanya. Ia ternyata sudah menggunakan mata hatinya. Matanya mungkin tak berfungsi lagi, tapi mata hatinya menatap jelas warna- warni dunia ini.


Aku begitu bahagia, Aku ke kamar dan berdiri di dekat jendela kamarku, kemudian menatap senja yang indah. Sembari mengingat kenangan lucuku saat SMA bersama musuh bebuyutan Hanif Ali Prasetyo. Yang mungkin kini telah mengisi hatiku. Jujur saja sebenarnya Aku diam- diam menyukai Hanif saat SMA. Siapa sih yang tak terpesona melihat ketampananya sewaktu Kami SMA dulu. Hanya saja dulu Aku membuang jauh-jauh rasa suka itu. Dulu Dia adalah penjahat yang bahkan tak sudi untuk kusebut dalam doa. Namun, sekarang pancaran kebaikan dan kemuliaan terlihat membuat Dia semakin tampan. Apalagi Saat Dia sudah mampu berkontribusi pada negeri. Aku bisa menggunakan mata.


Aku menyukai hanif   yang sekarang. Bahkan menatap senja itu, Aku mulai menyadari setelah perjumpaan terakhirku di rumah singgah tunanetra milik Pamanku. Aku selalu menyebut namanya dalam doaku. Kini Aku tahu, Aku mulai mencintai musuh bebuyutanku saat masih SMA dulu. Aneh memang, tapi Aku melihat cinta itu menggunakan mata yang  tak biasa. Mata hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun