"Kenapa Kamu menolongku Mi, Aku rasa Kau juga tahu bagaimana perlakuanku dulu pada banyak orang, termasuk padamu yang paling  banyak."Â
Ketua geng motor itu semakin membanjiri wajahnya dengan air mata.
"Karena Kamu ganteng." Aku mencoba bercanda. Dia tertawa lagi. Â
"Aku sudah kehilangan penglihatanku Mi."Â
 "Tetap saja Kamu ganteng, tapi akan lebih ganteng lagi, kalau Kamu semangat menjalani hidup ini. Di bawah tanah, masih ada tanah. Kamu mungkin merasa Kamu dihukum dan menjadi orang paling sengsara di dunia ini. Tapi dengar kamu masih beruntung karena Tuhan masih memberi kesempatan untukmu memperbaiki diri. Ada yang saat berbuat jahat Dia mati sehingga kejahatanya harus dihukum di neraka.  Semua yang di dunia ini hanya titipan, pada dasarnya Allah hanya menguji kamu dengan kedua mata. Tapi makna sebenarnya adalah Kamu diberi kesempatan untuk jadi orang baik, untuk memperbaiki hidupmu. Kau seharusnya tak repot untuk mengakhiri hidupmu. Karena semua manusia pasti akan mati pada waktunya." Â
Dia hanya terdiam. Pulang dari rumah sakit Aku mengantar akan mengantarnya pulang. Saat di perjalanan tiba-tiba Aku teringat dengan rumah singgah tunanetra yang pamanku bangun.Â
"Kalau Kamu Mau, Aku tahu sebuah tempat perkumpulan tunanetra, Kamu bisa berbagi keluhan dengan mereka, agar Kamu tahu apa benar duniamu paling  sengsara. "Â
"Boleh "
Aku membawanya ke tempat itu dan Aku memperkenalkan kepadanya ketua yayasan yang merupakan pamanku sendiri. Kemudian baru Aku kenalkan penyandang tunanetra yang punya prestasi hebat.Â
"Hanif, ini Fania. usianya baru 7 tahun. Orang tuanya meninggal saat Ia masih kecil. Sejak kecil dia sudah buta. Tapi perlu kamu ketahui. Dia seorang Hafidzoh 30 jus Al-Qur'an. Menjurai MHQ tingkat Asia."
"Ini Anita, usianya 10 tahun. Dia buta sejak berusia 7 tahun dan ibu bapaknya menitipkannya ke tempat ini. Hobinya berlari, dan Dia adalah atlit lari. Dia berhasil mendapatkan medali emas saat asean games tahun lalu."