Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Hati

8 Januari 2024   10:37 Diperbarui: 8 Januari 2024   10:43 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu, ketika Aku sedang menonton saluran berita dari stasiun televisi swasta yang menyajikan berita hangat, lengkap, dan terpercaya. Aku mulai merasakan hari-hari itu saat Dia masih dekat denganku. Senyum kemenangannya telah membuat berita sore ini amat menakjubkan bagiku. Semua orang dulu tak percaya, bahkan Dia dihina, dicemooh kan mentah-mentah. Tapi kini Ia  membuktikan bahwa Dia juga bisa, Dia bahkan membuat Aku merasa terpesona.
Namanya Hanif Ali Prasetyo, Dia dulunya adalah seorang ketua geng motor yang sangar, banyak tingkah,  dan nakal.

Usianya baru 21 tahun saat Ia mengalami kecelakaan naas yang merenggut pengelihatanya. Saat itu Hanif  dan anggota gengnya  akan menuju ke sebuah tempat yang mereka sebut dengan basecamp mereka. Namun tiba-tiba remnya blong dan tak terkendali membuat Hanif dan sepeda motornya terhempas ke jurang. Kecelakaan yang mengenaskan itu membuat kedua matanya tak berfungsi lagi. Dokter bilang Matanya mengalamai buta total.


Ia benar- benar terpuruk dengan kondisinya. Orang-orang di sekitarnya pun menjauh bahkan banyak yang menertawainya dan mengutuknya. Betapa tidak, dulu saat Ia masih normal Orang-orang merasa dia adalah orang yang angkuh, jahat, dan sering menyusahkan banyak orang. Ia dan gengnya sering kebut- kebutan di jalan, melakukan balap liar,  membuat keributan dengan kampung lain, bahkan tidak jarang Hanif mencopet, merampok, Ia juga adalah pengedar obat-obatan terlarang. Kebiasaan buruk itulah membuat musibah yang Ia terima bukannya menerima simpati. Masyarakat justru turut bahagia akan musibah yang merenggut pengelihatan Hanif.  


Aku sendiri  dan  Hanif sudah saling mengenal sejak kecil. Waktu SD Aku dan Dia satu kelas. Kemudian saat SMA juga kami kembali di pertemukan di kelas yang sama. Bagiku Hanif adalah sosok pria yang jahat. Sejak SD sampai SMA kerap kali Ia membuliku dengan julukan "Juara Sampah" Dulu saat kelas 6 SD guru IPA membuat soal yang sangat sulit untuk kami sekelas sebagai bentuk hukuman karena kelas kami menjadi pemecah rekor, kelas paling ribut dan nakal di SD N Cempaka. Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu. Termasuk Aku, Mirna, dan Adi juara-juara kelas. Sejak hari itu Hanif selalu mengatai kami dengan sebutan "Juara sampah"


Saat SMA pun sama, Aku juga meraih peringkat satu di kelas. Julukan juara sampah kembali dinobatkan Hanif padaku. Malangnya Ia semakin mencari-cari kesalahanku setiap Aku bertemu dengannya. Sehingga Aku dan Dia  jadi musuh bebuyutan setiap kali berjumpa. Kami selalu adu mulut dan Kami merasa sama-sama paling benar. Tak ada yang mau mengalah. Apa pun itu Kami seperti Kucing dan tikus dalam serial  Tom and Jerry.


Lama tak bersua, Aku menemukan Hanif dengan kondisi yang amat menyedihkan. Matanya tak berfungsi, dan badanya luka-luka. Rupanya Hamif telah mengalami kejadian yamg begitu mengenaskan. Aku merasa Iba. Meneteskan Air mata.


"Diia mencoba bunuh diri karena tak bisa lagi melihat warna-warni dunia ini," ucap seorang warga.

"Seharusnya Dia mati saja, bukannya Dia tobat dan memperbaiki diri, Dia malah menambah dosanya," ucap warga lain. 

"Mungkin tanah tidak menerimanya dan Tuhan ingin hidupnya sensara sebagai balasan atas perbuatanya selama ini." Warga terus memberi komentar negatif.  Aku mengucapkan istigfar. 

"Bu, Pak, Seorang tunanetra sedang kesakitan disini, bukannya menolongnya tapi kalian malah menghinanya seperti itu. Dia butuh pertolongan," ujarku.


"Tak usah di tolong ketua geng motor itu, biarkan saja Dia membusuk, itu adalah balasan untuknya," sahut seorang warga.

 "Betul!"  warga serentak. Secara bersamaan warga meninggalkan tempat itu. Aku sendiri, melihat penderitaan Hanif yang begitu menyakitkan. 

" Siapa Kamu?" Ucapnya. 

"Hanif Kamu harus di bawa ke rumah sakit luka kamu mengeluarkan banyak darah," jawabku. 

"Biarkan saja Aku mati."  Hanif berteriak. "Aku sudah tidak berguna lagi. " Isak tangis membanjiri wajah tampannya. Aku tak lagi mau mendengarkan kata-kata keputusasaannya. Aku menelpon Pak Suryo supirku. Tak lama Pak suryo sampai, Kami membawa Dia kerumah sakit.


"Terimakasih sudah membuat Aku lebih tersiksa di dunia ini, " tukasnya. Air mata terus mengalir di pipinya. 

"Kenapa Kamu merasa sangat menderita  di dunia yang penuh warna ini?" tanyaku tenang. 

"Warna itu hanya bisa dilihat oleh kalian yang matanya berfungsi, sementara Aku sudah menganggap warna itu halusinasi. Aku buta, bahkan semua orang tak ada yang menginginkan Aku hidup lagi," jawabnya.


"Kamu tahu mental Kamu itu lemah,  di dunia ini banyak yang kehilangan Anggota tubuhnya. Ada yang kehilangan mata seperti kamu ini, ada yang kehilangan telinga, kehilangan hidung, kehilangan kedua tangan, kehilangan kaki. Bahkan ada yang kehilangan suara. Memang itu berat, tapi kamu tahu beberapa di antara mereka membuktikan hilangnya anggota tubuh tidak menghalangi mereka dalam merasakan keindahan warna-warni dunia ini. Mereka mengukir prestasi yang membuat Orang lain tercengang, bungkam dan diam. Karena sebenarnya yang paling diperlukan adalah mental yang kuat"


"Siapa Kamu?" tanyanya. 

"Apa kau tak mengenali musuh bebuyutanmu saat SMA?." Dia tertawa.

 "Kenapa Kamu menolongku Mi, Aku rasa Kau juga tahu bagaimana perlakuanku dulu pada banyak orang, termasuk padamu yang paling  banyak." 

Ketua geng motor itu semakin membanjiri wajahnya dengan air mata.

"Karena Kamu ganteng." Aku mencoba bercanda. Dia tertawa lagi.  

"Aku sudah kehilangan penglihatanku Mi." 

 "Tetap saja Kamu ganteng, tapi akan lebih ganteng lagi, kalau Kamu semangat menjalani hidup ini. Di bawah tanah, masih ada tanah. Kamu mungkin merasa Kamu dihukum dan menjadi orang paling sengsara di dunia ini. Tapi dengar kamu masih beruntung karena Tuhan masih memberi kesempatan untukmu memperbaiki diri. Ada yang saat berbuat jahat Dia mati sehingga kejahatanya harus dihukum di neraka.  Semua yang di dunia ini hanya titipan, pada dasarnya Allah hanya menguji kamu dengan kedua mata. Tapi makna sebenarnya adalah Kamu diberi kesempatan untuk jadi orang baik, untuk memperbaiki hidupmu. Kau seharusnya tak repot untuk mengakhiri hidupmu. Karena semua manusia pasti akan mati pada waktunya."  

Dia hanya terdiam. Pulang dari rumah sakit Aku mengantar akan mengantarnya pulang. Saat di perjalanan tiba-tiba Aku teringat dengan rumah singgah tunanetra yang pamanku bangun. 

"Kalau Kamu Mau, Aku tahu sebuah tempat perkumpulan tunanetra, Kamu bisa berbagi keluhan dengan mereka, agar Kamu tahu apa benar duniamu paling  sengsara. " 

"Boleh "


Aku membawanya ke tempat itu dan Aku memperkenalkan kepadanya ketua yayasan yang merupakan pamanku sendiri. Kemudian baru Aku kenalkan penyandang tunanetra yang punya prestasi hebat. 

"Hanif, ini Fania. usianya baru 7 tahun. Orang tuanya meninggal saat Ia masih kecil. Sejak kecil dia sudah buta. Tapi perlu kamu ketahui. Dia seorang Hafidzoh 30 jus Al-Qur'an. Menjurai MHQ tingkat Asia."


"Ini Anita, usianya 10 tahun. Dia buta sejak berusia 7 tahun dan ibu bapaknya menitipkannya ke tempat ini. Hobinya berlari, dan Dia adalah atlit lari. Dia berhasil mendapatkan medali emas saat asean games tahun lalu."


"Yang ini Deni, Dia dulu adalah seorang pembunuh berantai. Saat Ia menjadi TKI di Arab. Matanya di congkel karena Dia mengintip  anak gadis ketika mandi. Tapi sekarang Dia adalah penyanyi."


"Satu lagi Fuad, Dia buta sejak lahir  dan kakinya diamputasi karena ada luka yang menginfeksi. Dengan kondisi buta, dan kakinya yang hanya sebelah. Dia adalah pengusaha furniture yang beromset sekitar 500 juta per bulan.

"Ada pertanyaan Hanif?" Aku berusaha menyadarkannya.  

"Bagaimana mereka melakukan itu," sahutnya. 

 " Gampang kawan, yang normal mungkin punya mata biasa, tapi mereka tak bisa melihat dengan pandangan hati. Karena itu meski normal banyak orang yang tak mampu. Tunanetra menggunakan hatinya untuk menatap warna-warni dunia," ucap Fania.  

"Kau dengar itu Hanif, dengan  Mata Hati, I belive you Kamu pasti bisa lebih dekat dengan Tuhan. Aku yakin Kamu juga akan mampu menemukan potensi yang selama ini terkubur. I belive You, You can do it. Pakai mata hati Hanif." Aku menepuk dadanya.


Rupanya itu menjadi perjumpaan terakhir Aku dan Hanif. Esoknya Aku berangkat Ke Australia untuk menyambung S2ku. Hanif merasa nyaman di rumah singgah tunanetra milik Pamanku itu. Ibunya pun memberi izin kepada Hanif untuk tinggal disana.


Sudah 5 tahun Aku tak berjumpa dengan Hanif Ali Prasetyo. Dan sore ini muncul berita tentangnya di tv Dia telah menggemparkan dunia olahraga.

Dia menjadi  tunanetra pertama yang menyandang sabuk hitam dan memberikan medali emas kepada tanah air ini saat olimpiade di Jepang . Aku bangga padanya. Ia ternyata sudah menggunakan mata hatinya. Matanya mungkin tak berfungsi lagi, tapi mata hatinya menatap jelas warna- warni dunia ini.


Aku begitu bahagia, Aku ke kamar dan berdiri di dekat jendela kamarku, kemudian menatap senja yang indah. Sembari mengingat kenangan lucuku saat SMA bersama musuh bebuyutan Hanif Ali Prasetyo. Yang mungkin kini telah mengisi hatiku. Jujur saja sebenarnya Aku diam- diam menyukai Hanif saat SMA. Siapa sih yang tak terpesona melihat ketampananya sewaktu Kami SMA dulu. Hanya saja dulu Aku membuang jauh-jauh rasa suka itu. Dulu Dia adalah penjahat yang bahkan tak sudi untuk kusebut dalam doa. Namun, sekarang pancaran kebaikan dan kemuliaan terlihat membuat Dia semakin tampan. Apalagi Saat Dia sudah mampu berkontribusi pada negeri. Aku bisa menggunakan mata.


Aku menyukai hanif   yang sekarang. Bahkan menatap senja itu, Aku mulai menyadari setelah perjumpaan terakhirku di rumah singgah tunanetra milik Pamanku. Aku selalu menyebut namanya dalam doaku. Kini Aku tahu, Aku mulai mencintai musuh bebuyutanku saat masih SMA dulu. Aneh memang, tapi Aku melihat cinta itu menggunakan mata yang  tak biasa. Mata hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun