Mohon tunggu...
Rahmi Putri Z
Rahmi Putri Z Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka nulis dipojok-pojok buku bacaan. Hobby nya mengamati manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati yang Tersentuh (Bagian 4: Siasat Cinta)

5 November 2022   18:30 Diperbarui: 5 November 2022   18:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap pagi minggu, aku dan Reni yang memang sering pergi lari pagi alias marathon secara kebutulan bertemu dengan Rafa, akupun segera menyapanya, aku melihat wajah Reni yang menjadi berseri-seri melihat Rafa.

“Hai Rafa kau juga lari pagi kiranya, ku pikir kau tak suka lari pagi! (akupun menggurawinya sambil tersenyum)

“Kenapa kau berfikir begitu? (ia pun tertawa)

“Tidak, cuman becanda saja, lihat saja tu, badan kamu yang kurus, pasti gak pernah olahraga. (tertawa bersama)

“Yee, ini kan memang sudah keturunan, aku suka olahraga kok. (Rafapun menjawab seperti kelihatan serius sekali).

Aku setelah itu menuju ke arah Reni yang terlihat berdiri malu-malu dan diam seperti orang yang kebingungan harus bicara apa, lalu mengajaknya untuk segera pulang karena matahari sudah mulai naik, kemudian tidak lupa  aku juga mengajak Rafa untuk pulang bersama kami. Untuk membuat waktu Rafa dengan Reni bersama semakin lama, akupun merengek untuk ditemani ke warung dulu untuk membeli minuman gelas dengan alasan haus. Padahal setahuku warung tempat membeli minum cukup jauh dari tempat kami berada pada waktu itu, karena merasa kasihan kepadaku yang terlihat sangat lelah, Rafa malah menawarkan diri untuk menolong membelikan minuman untuk kami.

“Biar aku saja yang membelinya, kalian duduk saja disini sambil istirahat, aku akan mencari warung yang dekat dari sini, lagian tadi ketika aku marathon aku melihat sebuah toko kecil di gang dekat sini.

Aku yang mendengar perkataannya sontak menolak tawarannya, karena kalau Rafa pergi sama saja dengan tidak memperpanjang waktu Reni dan Rafa berdua, padahal niatnya ingin memperlama waktu mereka, eh malah dia yang mau pergi.

“Kita pergi bersama saja, kalau capek ya sama-sama capek kan, lagian kami masih sanggup jalan kok, kalau warungnya memang dekat-dekat sini tenang saja, kami masih sanggup kok. Akupun menyela perkataan Rafa.

“Ya udah deh, karena Fira keras kepala maka kita pergi bersama-sama saja ke warung itu. Rafa pun meng-iyakan saja perkataanku.

Sambil berjalan ke arah warung, Reni malah senyum-senyum kepadaku dan pagi itu terlihat suasana hati Reni yang sedang berbunga-bunga, aku merasakan kesenangan yang sedang dirasakan temanku itu. Tak jauh dari tempat tadi kami sekarang sudah sampai di warung, Rafa langsung mengambilkan minuman gelas untukku dan Reni dari kulkas minum,  dengan bergurau Rafa menggodai Reni yang lagi mengambil minuman dari tangannya, dengan mengayunkan tangannya ke atas dan ke bawah. Melihatnya pun akupun tertawa sambil mengolok-olok mereka berdua.

“Yeee yeye Rafa sama Reni. Cocok sekali kalian bedua. Lucu deh. Akupun tertawa melihatnya.

“Apaan sih Ra, kamu ada-ada saja. Renipun terlihat tersenyum malu.

Setelah kami selesai minum, Rafa kemudian langsung berdiri untuk membayar harga minuman kami, setelah itu tanpa bertanya kepada kami, ia langsung mengajak kami pulang. Kamipun berjalan pulang bersama dan ketika sampai dipersimpangan jalan rumah ku, aku langsung berpamitan untuk langsung pulang dan dengan nada menggodai, aku berkata kepada Rafa.

“Jagain sahabatku yang tersayang ini ya, tolong antarkan dia sampai di gerbang rumahnya, karena dia paling takut jalan sendiri.

“Ya, yang mulia. Rafapun malah balik mengguraui.

Rafa terlihat biasa saja, cuman tertawa mendengar perkataanku, dan Reni malah diam saja, seperti malu-malu tidak jelas. Aku kemudian langsung berjalan menuju ke arah rumah dan meninggalkan mereka berdua. Dalam hati ku, aku berharap cara yang aku lakukan untuk mendekatkan mereka berdua berhasil.

Tapi tanpa aku sadari aku malah memikirkan Rafa yang  tingkah lakunya pagi itu membuat  hatiku merasa kagum dengannya. Sambil berjalan menuju arah rumahku yang memang harus berjalan sekitar beberapa menit, aku merasa dipenuhi dengan rasa bahagia. Entah itu karena sahabatku yang sedang berbahagia atau karena kejadian pagi tadi.

***************

Oo ya pada saat ini kami telah memasuki semester kedua dari kelas kami, semester kemaren aku dan Reni mendapat hasil yang sangat memuaskan. Aku berharap aku dapat melanjutkan sekolahku ke universitas yang bagus tentunya, kalau bisa ke UI di Jakarta, aku sangat berharap bisa ikut mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke luar negeri, atau setidaknya aku bisa mengikuti jejek sang pemimpi yang sampai ke Paris dangan semangat yang tinggi mengejar mimpi yang begitu tinggi  dan takkan pernah lupa akan mimpinya itu. Reni pun begitu, iapun juga berharap hal yang sama seperti ku, melanjutkan sekolah ke universitas dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, katanya sih ingin sama seperti sang pemimpi di film, dan ia juga ingin merasakan salju, selain itu aku dan ia memiliki tekad yang sama yaitu membahagiakan orang tua.

Walaupun sebenarnya kami tahu, itu mungkin akan sulit sekali menggapainya, karena melihat keadaan dunia yang begitu ribet dengan kehidupan sekarang yang penuh dengan hal suap-menyuap akankah kami dapat mencapai keinginan kami, tapi dengan tekad kami yang begitu kuat ditambah lagi  dengan adanya sosok orang tua kami yang selalu mendukung kami dalam suka dan cita, kami yakin apapun itu kita pasti dapat menggapainya, walaupun jalan menuju itu pasti akan sulit dan berliku.

Sekarang kami mulai bersiap-siap untuk menuju puncak terakhir dari sekolah SMA, kami sudah mulai menghitung hitung apa saja yang harus kami siapkan untuk masuk kuliah yang masih setahun lagi.

Singkat cerita, di sekolah kami belajar dengan giat agar dapat memperoleh hasil terbaik semaksimal mungkin.

**************

Hari ini adalah hari Senin, aku berencana untuk mengajak Reni untuk makan bersama sebagai rangka untuk menyambut puasa Ramadhan, aku juga mengundang Rafa secara diam-diam tanpa diketahui Reni. 

“Ren, nanti kita makan bakso, bagaimana? Kusampaikan niatku kepada Reni.

“Boleh. Renipun langsung menyetujuinya.

Sore harinya pun aku langsung siap-siap. Tak lama kemudian terdengar bunyi klakson motornya Reni, akupun langsung bergegas-gegas berangkat.

“Eeh Ren, ayo berangkat sekarang nanti kita telat lagi.

“Kenapa terlambat, memang nya ada orang lain juga? Renipun merespon perkataan ku.

“Tidak, lihat cuacanya sudah mulai mendung, ayo cepat! Nanti bisa kehujanan lagi, jadinya kan tidak bisa makan bakso.

Aku hampir saja merusak kejutannya, tapi untunglah Reni tidak curiga denganku. Kamipun setelah itu mengakhiri pembicaraan kami, aku kemudian diam sejenak dan memikirkan apa yang akan terjadi nanti.

Setelah sampai di tempat makan aku langsung mengajak Reni masuk dan di sana sudah ada yang menunggu kedatangan kami, dan itu adalah Rafa. Reni terlihat terkejut melihat Rafa yang sudah menunggu di dalam.

“Oooh ternyata ini maksud perkataanmu tadi. Renipun bergumam kepada ku.

“Eeh Reni juga ikut ya? Rafa menyapa.

“Sudah lama ya kita tidak makan bersama-sama? kalau dulu kita sering makan sama-sama satu kelas, iya kan?

“Ya, sudah beberapa lama ya? Reni menjawab sambil mengangguk.

“Aku memesan makanan dulu, ok!, Kalian mengobrol saja dulu.

Aku berjalan menuju tempat memesan makanan, dan tidak lama setelah memesan aku kemudian kembali ke tempat duduk. Tapi bukan untuk menunggu makanan bersama mereka melainkan meminta izin permisi keluar.

“Aku pergi sebentar ya, tidak lama kok, hanya mau ke minimarket sebelah, ada yang mau aku beli. Tadi ibu menitip beberapa barang, jadi harus aku beli, soalnya khawatir kelupaan. Kalian makan saja dulu aku tidak lama kok, makanan nya sudah aku pesan.

Akupun pergi keluar dan menuju minimarket untuk membeli snack dan beberapa barang titipan ibuku. Setelah itu aku tidak langsung ke tempat makan, aku menuju taman kota dan menunggu waktu mereka selesai makan. Aku duduk sambil melihat-lihat majalah yang baruku beli dan sambil memakan snack yang aku beli dari minimarket tadi.

Setelah agak lama menyantai ditaman, aku kemudian mengambil handphone ku untuk memberi tahu Reni kalau aku tidak bisa kembali ke tempat makan, karena beberapa alasan yang memang aku buat-buat saja. Setelah cukup lama duduk di taman kota aku kemudian berpindah ke tempat yang dekat dengan lapangan bola, di sana aku duduk sambil melihat permainan sepak bola yang sedang berlangsung di sana, tapi tidak lama aku duduk, aku malah dikejutkan oleh Rafa yang sudah berdiri disampingku.

“Fira, ternyata kamu disini ya! Rafapun terlihat kesal.

“Ee Rafa, kenapa bisa di sini?

“Eeh, sudah selesai makannya. Akupun berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Ye, seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu di sini, kalau aku beberapa hari ini memang sering ke sini setiap sore untuk melihat teman-temanku bermain bola, aku kan suka bermain bola juga.

“Ya terserah kepadaku dong, akukan juga suka menonton permainan bola. Aku menjawabnya dengan perasaan tidak enak hati kepadanya karena ketahuan.

“Ye kamu, dasar Fira, kenapa kamu begitu sih, aku menjadi tidak nyaman karena kamu tinggalkan aku dan Reni berdua saja, memangnya kenapa?.

“Tapikan tidak apa-apa, kalian kan bisa berbicara bebas dan bisa mengingat masa-masa SMP kalian. Akupun menerka apa yang terjadi.

“Ya sih, tadi dia sempat menanyakan keadaan ku bersama Lianda. Ya aku jawab aku sudah tidak berhubungan lagi dengan dia.

“Bagus dong. Aku membalas.

“Ooh, ceritanya kamu sekarang mau menjodohkan orang ya? Rafa membalas pekataanku.

Akupun terdiam dan berusaha menyembunyikan maksud ku.

“Tidak, masa ia, kan orang tidak mungkin bisa dipaksain, kalau sudah menyangkut masalah cinta. Aku pun meyakinkannya kalau aku tidak bermaksud apa-apa.

Setelah itu aku kemudian berdiri untuk bergegas pulang, tapi Rafa malah menahanku.

“Eh tunggu, mau kemana? katanya mau menonton permainan bola? kan belum selesai?

“Mau pulang, masak mau menunggu sampai malam di sini terus. Akupun menjawab perkataan Rafa.

“Ya sudah kalau begitu, kita pulang bersama saja. Rafa pun menjawab.

“Tidak usah, aku sudah dijemput sama Beni. Aku pulang dulu ya? itu dia.

Akupun menunjuk Beni yang ada di dekat lapangan bola, ia terlihat sedang menonton permainan yang sedang berlangsung.

“Tapi tunggu dulu sebentar saja, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, kalau sebenarnya aku suka dengan kamu Fira.

“Ooooh ya. Dengan ekspresi yang sok terkejut aku pun merasa bingung dengan yang dikatakan Rafa.

“Ah kamu becanda lagi, terima kasih atas rasa sukanya, aku juga suka kok sama kamu. Aku membalas ucapannya sambil tertawa kecil. 

"Aku tahu kamu becanda kan?

“Aku apa? Rafa terlihat heran.

“Aku mau pulang dulu ya. 

“Ya sudah kalau begitu, hati-hati ya? Iapun mengucapkan kata yang tidak pernah ku pikir.

Pembicaraan itupun memang sedikit serius tapi walaupun begitu aku menganggap kejadian itu hanya leluconnya si Rafa, karena memang Rafa sering sekali mengguraui orang yang ada di dekatnya dan kami juga baru beberapa minggu kenal, masa iya secepat itu suka.

Setelah itu aku bergegas menuju Beni yang sedang duduk menikmati tontonan bola yang sedang berlangsung, akupun sedikit memaksa Beni untuk mengantarku pulang dan karena hari juga sudah lumayan sore, iapun mengiakannya saja dan kami segera pulang. Rafa pun terlihat menuju ke motornya dan bergegas pulang dan ia mengiringi kami dari belakang.

******************

Beni adalah sepupuku, dia sudah aku anggap sebagai kakak sendiri, dan Reni juga sering mengobrol dengan Beni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun