o  Menggunakan selebriti atau tokoh asyarakat untuk menjadi duta kampanye.
Implementasi strategi-strategi ini secara holistik dan terkoordinasi dapat membantu menciptakan lingkungan politik yang lebih etis dan memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi yang benar dan prinsip-prinsip moral.
Setiap aktivitas komunikasi pasti memiliki tujuan. Guna mengefektifkan tujuan-tujuan pesan itu maka diperlukan semacam pengetahuan atau paling tidak keterampilan khusus. Kendati aktivitas komunikasi tidak perlu belajar, namun pada kenyataannya komunikasi tidak semudah yang dibayangkan. Banyak aktivitas komunikasi yang kemudian tidak menghasilkan makna yang berarti.Â
Pesan komunikasi tidak direspon orang lain seperti yang kita harapkan. Di sinilah terlihat bahwa komunikasi tidak semata-mata aktivitas rutin yang berjalan apa adanya, tetapi juga harus dipelajari dan dikaji lebih dalam. Ketidak efektifan komunikasi paling tidak mengisyaratkan ketidakmampuan manusia dalam menjalankan fungsi-fungsi komunikasi secara baik.Â
Hal ini sangat wajar, sebab kata Deddy Mulyana (2003), komunikasi memang sangat rumit dan pelik sekali. Komunikasi menyangkut berbagai aspek kehidupan kita. Komunikasi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Kesalahan banyak orang adalah selalu memukul rata setiap lawan komunikasinya, atau paling tidak menganggap bahwa mereka memiliki tradisi komunikasi yang sama dengan kita. Apa yang dilakukan oleh politisi di atas, ketika berhadapat dengan wartawan, merupakan contoh terang dimana dia menyederhanakan makna komunikasi yang pada dasarnya cukup kompleks. Stephen W. Littlejohn, mengatakan bahwa ada beberapa dimensi dasar yang digunakan untuk mendefinisikan komunikasi (Muhamad Mufid, 2009).Â
Pertama, adalah level observasi atau tingkat keabstrakan, yakni beberapa definisi bersifat luas dan inklusif (terbuka) sedangkan sebagian lain justru bersifat terbatas. Misalnya, definisi yang megatakan bahwa "komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian dunia satu sama lain" tentu bersifat umum. Sedangkan komunikasi sebagai "proses mengirimkan pesan dan perintah militer melalui telepon" adalah definisi yang terbatas.Â
Kedua, level intensionalitas (kesengajaan). Sebagian definisi komunikasi menekankan pada ada kesengajaan penyampaian pesan, sementara sebagian lain tidak membatasi pada aspek kesengajaan ini. Contoh yang pertama adalah komunikasi sebagai "situasi di mana sumber menyampaikan pesan dengan sadar untuk memengaruhi perilaku penerima pesan". Sedangkan contoh yang kedua adalah, "komunikasi dilihat sebagai proses distribusi monopoli innformasi kepada orang lain".
Ketiga, dimensi penilaian normatif. Sebagian definisi menghendaki adanya kesuksesan atau akurasi seperti "komunikasi adalah pertukaran verbal dari pikiran", sedangkan sebagian lagi tidak seperti "komunikasi adalah proses transmisi informasi".Â
Konseptualisasi Etika
Etika menurut K. Bertens (2011:9) dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan. Kebutuhan akan refleksi itu dirasakan, antara lain karena pendapat etis tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologi Bertens menjelaskan bahwa tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi, karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Dalam bahasan yang lain, etika juga sering dihubungkan dengan kata moral. Dalam bahasa Latin mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Dengan demikian moral biasa diartikan sebagai ajaran kesusilaan.Â
Moral berarti hal mengenai kesusialaan. Moral juga berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Menurut Bertens (2011:17) etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh yang berkaitan dengan moralitas. Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku moral. Secara sederhana Poedjowijatna mengatakan bahwa sasaran etika khusus kepada tindakan-tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja. Dalam kamus Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.Â