Namun, bukan tidak mungkin dalam hal makrifat kejadian seperti yang di alami Amniah saat hendak melahirkan putranya yang ditemani oleh dua wanita mulia, Asiyah sang pegasuh Nabi Musa dan Maryam ibu perwan dari Nabi Isa. Hal tersebut menandakan posisi Aminah yang memiliki derajat istimewah sebagai ibu Nabi Muhammad. lebih khsus lagi, derajat spritualitas tiga wanita yang disimbolkan dalam cerita tersebut.
Kedudukan kaum wanita dalam derajat spritualitas tertinggi yang ditandai dengan sifat feminitasnya sebagai lokus manifestasi Tuhan memberi kasih sayangnya dan welas kasihnya. Terutama dalam kedudukan kaum wanita dalam Rahim, di mana tempat Tuhan melukiskan penciptaannya (manusia) dalam diri wanita. Sebab Rahim adalah lokus dan sekaligus akar di mana manusia berasal.Â
Pengalaman Aminah melahirkan putranya sebagai contoh yang nyata. Di mana Muhammad lahir dari Rahim wanita. Pengalaman spritualitas Aminah dalam melahirkan putranya dilukiskan oleh Schimmel:Â
"Ketika Muhammad lahir, Aminah melihat sebuah cahaya, yang menerangi istana-istana Bostra. Para malaikat mengerumuninya dan membentangkan sayap-sayap mereka. Barisan malaikat, yang memanjatkan pepujian, turun dan memenuhi bukit-bukit sarta lembah-lembah". [32]
Lebih jauh Schimmel melukiskan bagaimana putri Nabi Muhammad yakni "Fatimah" memiliki simbolis spritulitas tertinggi. juga Fatimah digelari ummu abiha (ibu dari ayahnya), kehidupn Fatimah yang jauh dari kemegahan dan mengalami derita-derita dalam kehidupannya.Â
Schimmel melikuskan tentang kehidupan Fatimah yang jauh dari kemewahan dan tentang kemiskinnya yang dideritanya. Sebagai lambang dari kekuatan orang --orang saleh. Yang menurut Schimmel sesungguhnya kehidupan Fatimah merupakan Ratu Umat Manusia. [33]
Bahkan dalam literatur sastra yang melukiskan kehidupan Fatimah yang dikenal "Mahar Fatimah" sebagai jawaban atas kehidupan Fatimah yang dengan kekuatan spritual dan pengorbanan terhadap agama dan dakwah ayahnya. Sehingga ia (Fatimah) menjadi teladan bagi wanita Muslim. [34]Â
Dan pengaruh Fatimah dalam kehidupan kaum muslim sangat erat kaitannya dengan simbolisme spritualitas dan pengorbanan Fatimah. Penghormatan kepada putri Nabi Muhammad (Fatimah) sebagai teladan bukan hanya diperuntukkan kaum wanita, tetapi juga Muslim pada umumnya.Â
Penghormatan tersebut kata Schimmel, sampai-sampai seorang pemikir dan sekaligus filsuf besar dari Pakistan, Muhammad Iqbal (m. 1938) karena pengormatannya pada Fatimah, ia menulis karya tentangnya dengan judul (Misteri Sikap Tidak Mementingkan Diri). [35]
Dalam padangan Schimmel kaum wanita tidak hanya bisa dilihat satu arah dalam gejolak perkembangan arus modern. Seperti reaksi feminis Barat mengenai kaum wanita yang diposisikan hanya kebebasan dalam sikap yang liberal. Yang diukur hanya pada fisiknya saja, yang labih mengkhawatirkan lagi, sikap lahiriah tersebut dipandang untuk memperjuangkan hak-hak kaum wanita.Â
Bagi Schimmel, kaum wanita dalam Islam memiliki posisi yang istimewah. Bukan saja wanita dipandangan dari segi ia sebagai istri atau yang melahirkan. Labih dari itu kaum wanita memiliki hak yang sama pada pria. Terlebih lagi jika dipandang dalam sisi spritualitas, kaum wanita memilki posisi yang istimewah dibandingan dangan pria.