Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Hilang Bersama Senja

23 November 2017   05:27 Diperbarui: 23 November 2017   05:49 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Telah puluhan senja habis untuk mengamati dan menikmati kebiasaanya menyendiri di bawah pohon yang menjorok ke laut. Duduk mematung, sesekali berdiri dan melempar batu-batu kecil ke tengah laut, sampai akhirnya aku hadir untuk menemani kesendiriannya. Tak ada yang berubah dari sikapnya, tetap dingin. Entah dia senang atau malah terganggu dengan kehadiranku, sama sekali tak bisa ditebak.

"Kok diam?" Aku kembali bertanya.

"Apakah siang dan malam, timur dan barat itu pasangan?" Ia balik bertanya.

"Tentu saja," jawabku,

"Apakah mereka harus bertemu?"

Aku terdiam, hening.

Aku tersudut pada ruang yang gelap, tak ada cahaya .

Dermaga untuk melabuhkan rasa, seperti titik hitam di tengah laut jauh, seperti ada namun tiada.

"Banyak orang mencintai menganggap yang ia cintai adalah miliknya, ia menguasai. Relasi yang terbangun adalah relasi yang pincang, superior-subordinat. Dan, kaum perempuanlah yang sering menjadi subordinat itu. Untuk itu, terkadang cinta mengharuskan untuk melepas." Nadanya tegas.

"Ini soal sikap, bagaimana cara merespon setiap keadaan. Gelombang bisa jadi sangat buruk, ketika ia disikapi sebagai halangan melaut, menjadi berbeda ketika kita menyikapinya sebagai isyarat untuk rehat melepas penat dari kesibukan mengejar dunia sesaat. Begitupun memilih untuk sendiri, tak selalu buruk dan tak berarti tak memiliki cinta." Masithoh terus bicara tanpa mengalihkan pandangannya dari laut.

"Mencintai bukan soal bersama atau tidak, tapi soal bagaimana kita memosisikan cinta atas setiap kebaikan dan keburukan orang yang kita cintai, kemudian menentukan pilihan," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun