Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Hilang Bersama Senja

23 November 2017   05:27 Diperbarui: 23 November 2017   05:49 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Menikmati rindu bersama senja hingga berbilang pekan bahkan bulan atau mungkin tahun, adalah juga cara terindah bagiku, dan tentu saja bukan bagimu!" Ia bicara terus seolah paham aku tak memiliki pendapat sedikitpun untuk menyanggahnya.

"Menurutmu apakah laut memberi karena mengharap balas? Masithoh bertanya serius.

"Tentu saja tidak," tegas ku.

"Lantas kenapa cinta harus selalu menuntut balas?"

"Tidak selalu," jawabku mengambang.

"Jika tak selalu, maka mestinya tak ada istilah cinta bertepuk sebelah tangan, tugas cinta adalah mencintai, bukan menuntut dicintai, cinta itu bukan transaksi jual beli, bukan juga soal bertukar rasa. Jadi tak ada rumus mencintai, memberi berharap balas dan kembali." Mimik serius tampak di wajahnya.

Sejurus kemudian, ia memungut sebongkah batu kecil dan melemparnya ke laut. Batu kecil itu dalam sekejap tenggelam, meninggalkan lingkaran kecil yang perlahan membesar kemudian hilang.

"Apakah cinta harus seperti itu, tumbuh, besar, dan akhirnya hilang?"

Masithoh memandang lurus ke arah matahari yang hampir terbenam, tak sedikitpun ia mau menoleh, sama sekali tak berkenan walau sekadar menggeser bola matanya ke arahku.

Aku menghitung ini adalah pekan ketigabelas, dia melalui senja setiap hari di pinggir pantai, artinya telah 3 bulan lebih Masitoh melakukan pekerjaan sia-sia yang ia sebut cara menikmati rindu itu. Dan tepat, pada pekan ketiga belas inilah, aku mengajaknya bicara.

Hening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun