Bab 3 Fromm menjelaskan bagaimana perbedaan orientasi antara dua teori yang bersebrangan sebelumnya yaitu instingtifiseme yang mengandalkan faktor internal dan behaviorisme yang mengandalkan faktor internal.
 Perselisihan antara keduanya mungkin didasari banyak faktor selain fanatisme mereka terhadap keilmuannya seperti konflik sosial-politik antar kapitalisme yang banyak dianut negara barat.
Dan pada bab 4 yang jadi akhir bagian pertama, Fromm menjelaskan bagaimana psikoanalisis yang telah diperbaharuinya imbang pada faktor eksternal (behavioris) maupun internal (instingtifis).Â
Walaupun teori psikoanalisis ortodoks dari Freud masih mengandung kelemahan-kelemahan dari dua teori tersebut, Freud memberikan kunci bagi dorongan non-nurani dan interaksi dari luar yang membentuk karakter seseorang dan menghasilkan perilaku agresi.Â
Teori psikoanalisis baru dari Adolf Meyer, Harry Stack Sullivan, Frieda Fromm-Reichmann, Theodore Lidz, dan R.D. Laing mengembangkan teori Freud ini menjadi lebih menjanjikan.
Bukti yang Menentang Tesis Instingtifis
Dalam bagian kedua buku ini, Fromm walau seorang psikoanalisis namun mempertegas bahwa kedestruktifan bukan berasal dari dorongan sejak manusia dilahirkan.
Dalam memperkuat pendapatnya tersebut, Â Fromm mengemukakan bukti dari bidang neurofisologi, psikologi binatang, palaentologi, dan antropologi.
Pada bab 5 kita dijelaskan mengenai pendekatan neurofisologi. Walaupun masalah psikologi belum bisa dipecahkan secara menyeluruh melalui pendekatan neurofisiologi, namun dapat memberi petunjuk guna memahami agresi khususnya yang defensif.Â
Bukti neurofiologi membuktikan bahwa ada wilayah pengaktif agresi di otak bernama Amigdala dan wilayah penonaktifnya bernama nuklei ventromedial di hipotalamus.
  Melalui pendekatan neurofisiologis, agresi yang berasal dari beberapa sistem otak tersebut berguna untuk defensif dan penyelamatan diri. Kondisi seperti "keberjejalan" dan rusak nya struktur sosial kelompok dapat memicu agresi.