Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Mbah Sarip dan Udin Tak Sengaja Makan Kecubung

26 Juni 2022   22:18 Diperbarui: 26 Juni 2022   23:16 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Terkadang imajinasi akan kekayaan dan terbebas dari kemiskinan tidak membawa diri kepada kenyataan. Begitulah yang terjadi kepada dua orang kakek dan cucunya ini. 

Keduanya hanya meratapi kesedihan dengan tatapan kosong mereka kearah halaman belakang mereka yang tidak terurus itu. Dua usaha yang mereka buat ternyata memukul ulu hati mereka dan lantas membuat mereka jadi lesu.


Trading yang dilakukan oleh Udin tidak mendapatkan apa-apa. Uang seratus ribu hasil jual sepeda bututnya tidak kembali sama sekali. Saham gorengan yang dia beli langsung anjlok seketika, disamping karena dia hanya tahu trading dari Alex Kibil tanpa belajar terlebih dahulu. 

Baru diketahui bahwa platform trading-nya tidak terdaftar Otoritas Jasa Keuangan, otomatis dia hanya berjudi online biasa. Udin menyalahkan si Alex Kibil yang sekarang telah ditangkap karena menjadi "Affiliator" platfom trading yang dipakainya itu.


Sedangkan Mbah Sarip juga bernasib sama. Uang yang dia sedekahkan kepada Kiai Said tidak kunjung kembali karena Kiai Said telah ditangkap karena tuduhan akan penipuan uang jamaahnya.

 Uang seratus juta hasil gadai sawahnya hilang entah kemana dibawa si Kiai itu. Padahal dengan uang itu saja sudah lebih dari cukup untuk untuk melunasi SPP Udin dan biaya hidup mereka.


Keduanya walaupun punya usaha yang berbeda namun punya motif kegagalan yang sama. Percaya kepada orang yang telah memberikan imajinasi buta akan kekayaan dan kemapanan.

 Udin percaya kepada Alex Kibil akan trading dengan percaya diri masuk ke dunia itu tanpa belajar. Mbah Sarip percaya kepada Kiai Said atas ganjaran Allah SWT yang akan dibayarkan instan di dunia, padahal ganjaran itu bisa dibayar di akhirat.


Mereka berdua tak sengaja memakan kecubung, namun bukan kecubung yang tumbuh dibelakang rumah mereka tetapi yang ada pada Alex Kibil dan Kiai Said. 

Kecubung yang memberikan mereka halusinasi akan kekayaan dan hidup lepas dari kemiskinan. Tahulah kita bahwa tidak semua tanaman kecubung tumbuh sendiri di pekarangan atau kebun yang tidak terurus. 

Beberapa kecubung ada yang tumbuh subur setelah diberi pupuk yang berasal dari jerat kemiskinan dan kebodohan.
*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun