Dari penjelasan diatas, secara konkrit pubertas diartikan sebagai masa matangnya organ seksual pada remaja.Â
Lalu bagaimana dengan pubertas kedua yang jadi topik utama pembahasan kita?, tentu saja itu tidak benar jika di telusuri dari definisi pubertas itu sendiri karena kita tahu bahwa orang yang berumur ini sudah matang secara seksual.
Lalu bagaimana sebenarnya "pubertas kedua" ini dimaknai secara psikologis?
Muncul dari Permasalahan di Usia Paruh Baya atau Middle Age
Istilah "Pubertas Kedua" yang merujuk kepada perubahan suatu perilaku suatu individu yang kembali berperilaku seperti anak muda yang gampang jatuh cinta sebenarnya agak kurang tepat.Â
Seperti dari penjelasan sebelumnya, pubertas hanya bisa dimaknai pada proses pematangan organ seksual pada anak remaja.
"Pubertas Kedua" hanyalah sebuah fenomena perubahan perilaku karena faktor psikologis.
Sebelum kita menjelaskan lebih dalam tentang fenomena pubertas kedua ini, sebaiknya kita harus tahu terlebih dahulu teori perkembangan psikososial yang digagas oleh Erik Erikson, seorang psikolog asal Jerman.Â
Erikson awalnya adalah seorang penganut Freudian, namun dia lebih menekankan perkembangan manusia pada interaksi sosial, oleh karena itu teorinya disebut sebagai psikososial.
Erikson membagi perkembangan manusia menjadi 8 tahap yaitu fase infant (0-1 tahun), early childhood atau Toddler (1-3 tahun), Pre-schooler (3-6 tahun), grade schooler (6-12 tahun), adolescent (12-20 tahun), early adulthood (20-30 tahun), Middle age adulthood (30-65 tahun), dan late adulthood atau lansia (>65 tahun).