Suara yang dihasilkan dari aliran air atau gemericiknya kadang tak banyak diperhatikan orang. Suara gemericik air tidak mengubah apa-apa dan tidak berpengaruh apa-apa di  mata sebagian insan.Â
Namun berbeda dengan Sarah, iya sangat menyukai suara yang dihasilkan air yang mengalir atau memantul bergemericik pada media padat semacam lantai. Ia sering berlama-lama di kamar mandi demi mendengarkan suara air dari kran atau dari shower yang dia biarkan menyala begitu saja.
Ibunya sudah mengatakan berkali-kali untuk tidak berlama-lama dan membuang-buang air di kamar mandi, tapi apa daya peringatan itu hanya didengar saja tanpa ada perubahan pada kebiasaannya itu.Â
Awalnya tidak terlalu berlebihan Sarah dalam mendengarkan gemericik air ini namun kian lama dia membuat jam mandinya menjadi lebih panjang bahkan jika dibandingkan dengan seorang gadis seperti dirinya.Â
Ia bisa menghabiskan waktu 4 hingga 5 jam sehari untuk di kamar mandi, yang perinciannya 30 menit untuk mandi dan selebihnya mendengarkan suara air mengalir.
Pagi itu Sarah mendapat kabar bahwa Paman Hariri akan mampir ke rumah.Â
Oleh karena itu, ia cepat-cepat menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan juga yang terpenting mendengarkan gemericik air tentunya. Paman Hariri belakangan ini sering mampir dan menjenguknya, entah apa alasannya dalam pikiran Sarah membatin.
Sarah lalu masuk ke kamar mandi dan menyalakan semua sumber air seperti kran dan shower disana.Â
Sembari mandi dengan lambat, Sarah mendengarkan suara air yang mengalir itu dengan khidmat.Â
Rasa tenang memasuki relung hatinya dan juga selain itu, suara yang ada di luar kamar mandi membuat suara air itu bersinergi menjadi sebuah melodi indah menurutnya.
Sesekali suara dari luar menerobos masuk gendang telinga Sarah di dalam kamar mandi yang berasal dari keluarganya itu. Terdengar suara kakaknya yang baru pulang setelah main dari luar sejak kemarin malam.Â
Kakaknya yang bernama Bima itu memang suka pulang tidak tepat waktu saat berkumpul dengan teman-temannya. Dia merupakan seorang pemuda yang sering "kelayapan" tiap hari dan tidak tentu kerjanya walau sudah lulus kuliah.Â
Kalau ia pulang pasti tempat pertama yang ditujunya adalah kulkas untuk mencari air segar atau makanan ringan. Pagi itu, samar-samar Sarah mendengar kulkas dibuka dan sebuah kaleng minuman dilempar ke tempat sampah.
"Kak Bima udah pulang?", sahut Sarah dari dalam kamar mandi yang tempatnya berdekatan dengan dapur dan kulkas tempat Bima mengambil minuman.
Namun tidak ada yang menjawab dan hanya ada suara kaki menaiki tangga dan pintu kamar Kak Bima yang ditutup. Mendengar itu, Sarah mungkin berpikir kakaknya itu lelah atau tidak dengar apa yang dia sahutkan dalam kamar mandi sehingga tidak mendapat jawaban yang diharapkannya.
Suara air kembali mendominasi dalam pikiran Sarah dan dia terhanyut dalam ketenangan yang sunyi. Pikiran Sarah lalu menerka keadaan isi rumah yang mendadak hening.Â
Harusnya tidak begini pikirnya, dan lalu terdengar suara mobil ayahnya yang dinyalakan dan baru keluar dari garasi. Kesepian itu hilang dan berganti pikirannya kepada ayahnya yang baru berangkat bekerja.
Ayahnya seorang pekerja keras dan orang yang sibuk dipekerjaannya. Dia jarang menghabiskan waktunya dengan Sarah dan keluarganya. Walaupun begitu, Sarah paham betul yang dilakukan ayahnya demi kehidupan dia dan keluarganya.Â
Namun dalam hati kecil Sarah, dia ingin selalu dekat dengan ayahnya seperti anak perempuan pada umumnya dengan ayah mereka.
Keheningan dari luar kembali menyeruak ke dalam suara air yang menderu di dalam kamar mandi. Sarah melanjutkan mandinya itu dengan penuh keheningan diiringi sebuah rasa kehampaan yang menerpa dirinya. Suara dari keceriaan keluarganya mesti ada dirumah ini dan tidak boleh berganti sepi pikirnya.
"Mengapa rumah kian sepi ", pikirnya.
"Sarah mandinya jangan lama-lama", teriak ibunya yang memecah keheningan suara gemericik air.
"Iya, Mah", jawab sarah kepada ibunya itu.
Ibunya adalah orang yang paling dicintainya di keluarga ini. Ibunya selalu hadir kala ia bersedih atau sedang tertimpa masalah.Â
Dia tahu bahwa ibunya juga memiliki masalah yang dihadapinya namun ibunya tetap memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga lainnya. Baginya, ibunya itu selayaknya sebagai hati dari keluarganya dan selalu mengalirkan kehangatan kepada semuanya.
"Mamah masak apa hari ini?, nanti biar Sarah bantu masak selesai mandi", kata Sarah mencoba berinteraksi dengan ibunya.
Namun jawaban yang dia harapkan tak terdengar dan hanya suara aliran air yang menenggelamkan suasana menjadi hening. Mungkin ibunya ada di ruangan yang jauh darinya sehingga tidak mendengar pertanyaan yang dia sahut dari kamar mandi ini. Atau mungkin ibunya sedang keluar rumah membeli beberapa bumbu dan sayuran yang ingin dimasaknya nanti.
Sarah lalu mempercepat mandinya kala dia teringat pesan ibunya tadi agar tidak berlama-lama di dalam kamar mandi.Â
Dia juga teringat waktu keluarganya ingin keluar rumah guna ke suatu tempat rekreasi dekat kotanya namun dia tidak diajak karena ia bangun kesiangan dan mandi terlalu lama.Â
Sarah waktu itu tidak masalah karena dia juga ada janji dengan teman-temannya dan sudah biasa ditinggal sendiri namun saat itu keluarganya pergi lama sekali.Â
Sarah merasa dia ditinggalkan namun saat dia mandi dan mendengar alunan gemericik air ternyata keluarganya sudah pulang dan dia tidak merasa sedih lagi.
Sarah yang tadinya ingin mempercepat mandinya, lalu ia dengan terakhir kalinya mendengarkan alunan suara gemericik air dari shower dan keran yang dinyalakannya.Â
Dia merasakan hanyutan dari suara air dan lalu tiba-tiba juga dari luar menyusul secara semarak keluarganya yang sedang berbincang-bincang santai di luar sana. Ada kakaknya yang sedang mengunyah kacang dan mengobrol dengan ayahnya yang baru pulang bekerja.Â
Lalu ibunya yang sedang memasak memanggil-manggilnya agar tidak berlama-lama di kamar mandi. Semua hal tersebut membuat Sarah tidak merasa sepi walau dikamar mandi sendiri dan juga di rumah besar ini.
Lalu terdengar ketukan dari pintu kamar mandi. Sarah mengira bahwa pasti ibunya sudah hilang kesabaran dan melakukan hal tersebut guna membuat dia tidak berlama-lama di dalam kamar mandi.Â
Seketika Sarah mengeringkan tubuhnya dan keluar dari kamar mandi untuk memenuhi perintah ibunya itu. Namun saat dia keluar seketika rumah terasa hening seperti saat sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.
Sarah lalu mengenakan pakaian dan ternyata ketukan itu tidak berasal dari pintu kamar mandi melainkan dari pintu rumahnya yang diketuk agak sedikit keras.Â
Seketika Sarah membuka pintu dan sudah berdiri Paman Hariri di depannya dan disampingnya berdiri juga wanita cantik dengan pakaian rapih yang mengisyaratkan bahwa dia orang berpendidikan tinggi.
"Mangapa lama sekali Sarah? Paman pikir ada apa-apa dengan kamu", jawab pamannya sedikit khawatir.
"Maaf Paman, Sarah pikir Paman masih diperjalanan tadi", jawab Sarah lirih dan lalu mempersilahkan para tamunya untuk masuk.
Paman Hariri lalu menanyakan kabar Sarah saat ini dan lalu mengenalkan wanita yang bersamanaya ini.
"Perkenalkan Sarah ini Dokter Sisilia, psikiater yang akan membantu menyembuhkan dan memulihkan kamu Sarah", Â sebut Paman Hariri.
"Ya Sarah salam kenal ya", Dokter Sisilia memperkenalkan dirinya.
"Tapi aku baik-baik saja ,Paman", jawab Sarah yang bertanya-tanya mengapa dia harus membutuhkan bantuan seorang psikiater.
"Menurut dirimu begitu namun menurut kami lain Sarah", kata Paman Hariri menahan sedih.
"Sarah tenang saja ya kita akan membantu Sarah agar keluar dari masalah ini", ujar Dokter Sisilia yang membuat Sarah menjadi tambah bingung.
"Sarah harus merelakan mereka ya sayang", kata Paman Hariri yang telah menampakan raut muka sedih.
"Aku masih bingung Paman, untuk apa ini semua?",tanya Sarah kepada pamanya.
"Sarah bagaimana kondisi keluargamu?", kata Dokter Sisilia kepadanya dan pertanyaan inilah yang ingin ditanyakan sedari tadi.
"Mereka baik-baik saja kok, tadi pagi Kak Bima baru pulang sehabis nongkrong bareng teman-temannya. Terus Papah baru aja berangkat kerja dan terus Mamah lagi di dapur sedang masak", jawab Sarah dengan tegas dan masih bingung dengan pertanyaan itu.
Mendengarkan jawaban dari Sarah membuat Paman Hariri bersedih dan lalu saling menatap dengan Dokter Sisilia yang dibalas dengan isyarat anggukan pelan. Paman Hariri lalu menatap Sarah dan berkata dengan berlinang air mata.
"Semoga kamu cepat sembuh, Sarah".
*****
Rahmad Alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H