"dulu?, saya sekarang juga masih memikat den. Istri saya yang terakhir ini bahkan bule dari rusia den". Ucapannya ini membuatku tergelak dalam hati dan menjatuhkan simpulan ucapannya sebagai bualan dan kurasa sudah cukup perbincangan kami.
"wah begitu ya, ya sudah pak mohon maaf saya tinggal dulu mau mengerjakan tugas kuliah", ucapku ingin memutus perbincangan ini.
"ya silahkan den, tapi jangan terlalu tinggi kalau sekolah tidak mendapatkan pujaan hati den", ucapnya sedikit bercanda.
"hahaha iya pak, saya bukan bapak yang punya daya pikat luar biasa jadi harus sekolah tinggi dulu. Gelasnya taruh saja di situ pak", Aku menjawabnya dengan candaan getir.
Aku lalu masuk ke kamar dan membuka laptopku mencoba menyelesaikan tugas-tugas kuliahku sambil mengawang pembicaraan si kakek tua penjual kursi tadi dengan keanehan dan keheranan.Â
Lalu di malam hari saat kami sekeluarga berkumpul menonton televisi di ruang keluarga, nenek masih sedikit kecewa dengan kursi panjang yang baru dibeli siang tadi.
Aku berinisiatif menceritakan perbincangan kami dengan si penjual tua itu. Saat semua cerita si kakek tua telah ku ceritakan,lalu Ayah, Ibu, dan saudara-saudariku tergelak. Nenekku juga berkata bahwa sudah mengisyarakatkan untuk pergi saja meninggalkan si penjual tua itu melantur tidak jelas.
"orang susah kadang tidak mengaku mereka susah jadi mengarang hal yang tidak betul di masa lalu", ujar nenekku.
"ya mereka membual seperti itu untuk tidak dilihat sebagai orang yang patut dikasihani, tapi cerita memikat hati perempuan bule itu patut diberi apresiasi ceritanya",ucap Ayah menambahi yang lalu diikuti dengan gelak tawa.
"kau harus mencari pekerjaan yang bagus kelak setelah lulus, Sam. Jangan jadi seperti si kakek tua tadi itu, sudah bekerja berat suka melantur pula dia", nenek mengucap seperti biasa tentang pandangan pekerjaannya.
***