Mohon tunggu...
Rahma Ayuningtyas Fachrunisa
Rahma Ayuningtyas Fachrunisa Mohon Tunggu... Freelancer - Writer, Psychologist

Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta dan psikolog pendidikan lulusan Universitas Gadjah Mada. Menulis tentang psikologi, tumbuh kembang, keluarga, perkembangan moral, pendidikan, sosial, dan refleksi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Permainan Tradisional, Upaya Meminimalisasi Dampak Penggunaan Gawai pada Anak

20 Desember 2017   11:11 Diperbarui: 20 Desember 2017   22:19 1927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum, permainan dapat menjadi sarana anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa, kognisi, dan sosial serta memberi andil bagi perkembangan kepribadian. Sejalan dengan hal tersebut, permainan gobag sodor dapat memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan anak (Suyami, dalam Siagawati, 2007). Hal ini juga diperkuat oleh Siagawati (2007), bahwa permainan gobag sodor mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan fisik, psikologi, maupun sosial anak.

Permainan gobag sodor biasanya dimainkan oleh anak usia sekolah dasar (Nugroho, 2005), yaitu usia sekitar 6-12 tahun. Menurut Erikson, anak dalam usia itu berada pada tahap keempat dalam tahap perkembangan psikososial. Pada usia ini, anak mulai berkeinginan untuk memasuki dunia pengetahuan dan pekerjaan yang lebih luas. Perkembangan mereka akan sesuai dengan 'Aku adalah apa yang aku pelajari' (Erikson, dalam Miller, 2011). Dalam hal ini, pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah, namun juga di jalan, rumah, maupun dengan memiliki teman.

Miller (2011) juga menjelaskan bahwa pengalaman keberhasilan anak pada tahap ini dapat memberikan perasaan 'industri', yaitu keyakinan terhadap kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Anak akan berupaya untuk menyelesaikan pekerjaannya sebaik mungkin. Ketika mereka menghadapi kegagalan terus-menerus, maka mereka akan menghadapi perasaan inferioritas.

Di samping itu, pelaksanaan permainan gobag sodor membutuhkan keterlibatan anak dengan teman sebayanya. Dalam teori Brofenbrenner (Santrock, 2014), teman sebaya termasuk dalam area mikrosistem, di mana teman sebaya berada pada lingkungan terdekat dan sangat berpengaruh bagi individu. Sehingga, teman sebaya memainkan peran penting dalam perkembangan sosial dan kognisi individu tersebut. 

Selain itu, tingkat usia yang setara memberikan kesempatan bagi anak untuk menyelesaikan konflik yang muncul selama permainan dengan cara mereka sendiri. Selain itu, konflik tersebut mampu membuat anak memahami bahwa orang lain juga mempunyai pikiran, perasaan, dan sudut pandang yang berbeda dari diri mereka, sehingga mereka dituntut untuk menemukan cara penyelesaian dari adanya perbedaan tersebut.

Permainan gobag sodor juga termasuk jenis permainan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pemain gobag sodor rata-rata berusia 7-11 tahun, dimana berarti hal tersebut masuk dalam klasifikasi tahap operasional konkret pada perkembangan anak (Piaget, dalam Santrock, 2014). Pada tahap ini, semestinya anak sedikit demi sedikit mulai berpikir lebih objektif dan mengalami pengurangan cara berpikir egosentris. Pemikiran yang objektif dan nonegosentris diperlukan bagi anak untuk membuat anak melihat persepsi dan cara pandang orang lain.

Bermain membantu perkembangan kognitif anak. Anak mempraktikkan kemampuan kognitif yang dimilikinya melalui bermain tanpa merasa tertekan. Gobag sodor sebagai sebuah permainan mampu membantu anak belajar berpikir dengan objektif tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Kehadiran teman sebaya sebagai lawan bermain dapat membantu anak mengatasi egosentrisme dan memahami adanya sudut pandang lain di luar diri anak. Dalam proses permainannya, pemain gobag sodor perlu memahami pola pikir lawan maupun kawan sekelompoknya untuk bisa meraih tujuan. Sehingga, adanya permainan gobag sodor tersebut akan mampu menstimulasi perkembangan kognitif anak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih matang.

Di samping itu, permainan gobag sodor yang memiliki target untuk dapat menembus pertahanan lawan dan mencapai kemenangan dapat mendorong pemain gobag sodor untuk bermain secara maksimal agar mereka mampu memenuhi target tersebut. Meskipun begitu, permainan ini tidak menuntut mereka untuk mendapatkan hasil akhir (Emiliyana, 2010). Permainan ini menekankan pada proses anak dalam melakukan permainan, di mana terkandung beragam nilai dan pembelajaran bagi anak selama proses tersebut.

Ada berbagai cara dan nilai yang perlu anak terapkan untuk mencapai kemenangan dalam proses permainan ini, seperti kerja sama dan kekompakan kelompok (Wahyuni, 2009). Anak akan berinteraksi langsung dengan teman sekelompok maupun lawan kelompoknya dan merumuskan strategi terbaik yang akan mereka terapkan. Ketika mereka mampu menerapkan strategi kelompok tersebut dan mencapai kemenangan, maka mereka akan mendapatkan kepercayaan diri sebagai individu dalam lingkungan sosialnya. Namun ketika strategi mereka tidak berjalan lancar, maka mereka akan bersama-sama memikirkan kembali cara terbaik yang harus mereka lakukan.

Selain itu, anak tidak dapat menggunakan cara yang bertentangan dengan aturan permainan yang telah disepakati kelompok dalam melakukan permainan gobag sodor. Ketika mereka melakukan kecurangan, maka mereka akan mendapatkan sanksi berupa hukuman sosial, yaitu dengan tidak mengikutsertakan pelaku kecurangan dalam permainan itu lagi (Emiliyana, 2010). Dengan begitu, permainan gobag sodor tidak hanya mengenalkan anak terhadap kompetensi memenangkan permainan, namun juga kompetensi anak dalam menerapkan nilai-nilai luhur, seperti sportivitas, kejujuran, gotong royong, maupun kepekaan sosial dalam membutuhkan dan menghargai orang lain.

Gobag sodor sebagai permainan sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun