Berkali-kali penjajah mencoba terus merayu Anwar, karena dia tau Anwar adalah seorang anak yang pemberani jika dibiarkan akan menjadi Ancaman.
"Kalua kamu ikut aku kamu akan kuberi apapun permintaaanmu nak". Rayu penjajah lagi
"Cuihhh, lebih baik aku hilang kepala dari pada jadi pengikut kalian". Pungkas Anwar sambil membuang ludah Â
Marah oleh penolakan Anwar, para penjajah menggunakan kekerasan sebagai upaya terakhir untuk memaksanya patuh. Mereka menembak Anwar dengan peluru menembus kulit perut bagian kirinya. Namun, meski terluka, Anwar tetap tegar dan kuat dalam pendiriannya. Beberapa tembakan terus dilakukan, tapi Anwar malah semakin kuat dan tegar dalam menghadapi dan melawan penjajah tersebut.
"Dasar Bajingan, tidak tau untung, dikasih hati malah minta jantung". ucap penjajah
"DUARRR, DUAR, DUAR, DUAR". suara tembakan yang berkali kaliÂ
Rasa sakit yang menusuk tubuhnya tidak mampu menghancurkan semangat perlawanan Anwar. Dengan tekad yang kuat, dia melawan rasa sakit sambil berlari sekuat tenaga. Dia terus berperang melawan penjajah, menggunakan luka dan penderitaannya sebagai motivasi untuk memberikan perlawanan terakhirnya. Walaupun darah bercucuran, tapi semua itu tidak menjadi masalah bagi Anwar.
"Bagaimanapun kondisinya aku harus kuat untuk melawan penjajah" ucap anwar
***
Dalam pertempuran yang berlangsung, nyawa Anwar seolah dipertaruhkan setiap saat. Tetapi semangatnya yang tak tergoyahkan dan keberanian yang membara memimpin dirinya melewati setiap rintangan yang dihadapi. Meskipun terluka dan lelah, dia tidak menyerah, justru bertahan dan melawan dengan setiap hembusan napas yang tersisa. Terasa nyawa sudah diujung tombak, bukanya menyerah Anwar makin menggila dengan mengobarkan semangat kemerdekaan dan kebebasan.
"Jikalau nyawa harus ku jual untuk memenangkan ini, maka akan kulakukan". Ujar Anwar