Berita tentang perjuangan Anwar menyebar dengan cepat di antara penduduk desa. Mereka terinspirasi oleh keteguhan dan keberanian anak itu. Semua orang mulai bangkit dan bersatu untuk melawan penjajah. Anwar telah menjadi simbol perlawanan dan semangat yang tak tergoyahkan dalam menghadapi penjajah. Ternyata semuanya hanya butuh sumbu yang menyala untuk menyalakan api perjuangan. Anwar lah seorang anak yang berani menyalakan api perjuangan tersebut.
***
Akhirnya, setelah pertempuran yang berkecamuk, penduduk desa berhasil mengusir para penjajah dari tanah mereka. Kemerdekaan akhirnya diraih berkat semangat perjuangan Anwar dan keberaniannya yang tak kenal lelah. Desa itu menjadi simbol keberhasilan perlawanan terhadap penjajah.
Anwar, dengan luka-lukanya yang terus diobati, melihat desanya kembali pulih. Perjuangannya dan pengorbanannya tidak pernah dilupakan. Dia tetap menjadi pahlawan bagi penduduk desa dan inspirasi bagi generasi yang akan datang.
"Anwar, Anwar, Anwar, Anwar, Anwar'. Sorak sorak para penduduk
Dalam hati Anwar, dia tahu bahwa penderitaan dan luka-lukanya tidak sia-sia. Perjuangannya telah memberikan kebebasan bagi dirinya dan orang-orang yang dicintainya. Dia belajar bahwa walaupun nyawa taruhannya, tak ada yang bisa mengalahkan tekad yang kuat dan semangat yang tulus untuk memperjuangkan kebenaran dan kebebasan.
"Rasa sakit itu hanya ilusi, yang sakit hanya badan saya bukan jiwa saya". pangkas Anwar sambil orasi di depan masyarakat
Cerita Anwar mengilhami orang-orang selama bertahun-tahun. Nama Anwar tetap dikenang sebagai simbol perlawanan dan keteguhan hati. Dia membuktikan bahwa anak-anak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memengaruhi perubahan yang nyata. Anwar adalah bukti hidup bahwa walaupun terluka, kita masih bisa berperang sambil berlari menuju kebebasan yang hakiki. Menyerah dan tunduk dalam penjajahan bukanlah pilihan, tetapi rela berjuang atau mati dengan kehormatan adalah pilihan.
***
Alih Wahana Puisi "Aku" karya Chairil Anwar.
Arif Setyawan, M. Dinullah Ersya , Ahmad Hidayat, Ahmad Fadoli, Amarfarras Padma Sri Kresna, Hendi Elfian, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.Â