Mohon tunggu...
Tri Rahayu ( Mbak Lily)
Tri Rahayu ( Mbak Lily) Mohon Tunggu... Freelancer - Frelance writer

Penulis lepas, konten creator

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Setitik Rasa dan Sejuta Maaf ( bagian 3)

18 Januari 2025   06:42 Diperbarui: 18 Januari 2025   06:42 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Kabar Gea?

Ghea bergegas keluar caffee menuju tempat parkiran mobil. Ia menelpon Bu Andini lalu segera pulang.


***


Setelah pulang dari caffee segera saja Dendy pulang ke rumahnya. Ia merasa harinya begitu sangat buruk.

Pertemuannya dengan Ghea justru terjadi di saat yang sangat tidak tepat. Keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Apes, itu yang ia rasakan. Yang sangat ia sesalkan mengapa pembicaraannya dengan Ghea tidak berakhir dengan baik. Ghea masih saja menghindarinya.


Dengan lemah lunglai, Dendy keluar dari mobil setelah ia memarkirkan mobilnya secara asal. Ia masuk ke dalam rumah, bahkan ia tak bertegur sapa dengan Bu Sartika. Ia nyelonong masuk tanpa salam. Dendy masuk ke kamarnya di lantai dua. Ia menutup kasar pintu kamarnya.


Brakkkkkk.


ART yang sedang membersihkan ruangan di lantai dua pun kaget karena sikap Dendy. Bu Sartika hafal betul dengan kebiasaan buruk putranya. Dendy tidak  pernah bersikap kasar seperti pagi itu.


Tok tok tok.


Bu Sartika mengetuk pintu ruangan kamar Dendy. Bu Sartika menarik handle pintu. Ternyata pintu kamar Dendy tidak di kunci dan ia segera masuk ke kamar sang putra.


"Den......." Bu Sartika berjalan pelan menuju ranjang Dendy. Dendy menutup kepalanya dengan bantal.


"Mama nggak usah tanya macam-macam. Aku sedang nggak ingin di interogasi."


Bu Sartika hanya bisa mengelus dada."Mama minta maaf Den, Ghea datang kemari sejak pagi tadi sebetulnya. Mama sudah lihat Ghea sekarang." Kata Bu Sartika dengan berderai air mata.


Dendy rupanya tak terpengaruh dengan ucapan mamanya. Ia benar-benar masa bodoh dengan hal itu. Meski terdengar suara isakan dari Bu Sartika, tapi Dendy tetap masa bodoh.


"Mama akan menebus kesalahan Mama pada keluarga Bu Andini juga Ghea." Kata Bu Sartika pelan terdengar penuh dengan rasa penyesalan. Bu Sartika menghela nafas lalu menyeka air matanya.


"Dendy mengangkat bantal yang menutup wajahnya. Ia bangkit dari ranjang lalu duduk menghadap sang mama.


"Cukup Ma, jangan jadi queen of drama lagi." Kata Dendy dengan sinis. "Aku capek dengan seluruh drama yang sudah Mama buat untuk menghancurkan hubunganku dengan Ghea di masa lalu. Hari ini aku nabrak mobil Ghea. Asal mama tahu apa yang Ghea lakukan? Ia menolak uang bantuan dariku untuk merenovasi mobil Bu Andini. Padahal kehidupan Ghea sulit. Dan itu semua karena kesombongan Mama!"


Bu Sartika sama sekali terlihat tak terkejut atas ucapan Dendy. Bu Sartika meninggalkan kamar Dendy. Di penghujung pintu keluar ia menengok ke arah putranya.


"Mama akan minta maaf dan mengakui segala kesalahan Mama, Den." Setelah itu, Bu Sartika pun pergi meninggalkan kamar putranya.


Dendy tetap saja tak bergeming atas apa yang di katakan Bu Sartika. 

Sudah cukup lama Bu Sartika memendam perasaan bersalahnya pada keluarga Ghea. Ia hidup tak tenang dihantui rasa bersalah. Pelan tapi pasti rasa bersalah itu menggerogoti tubuhnya, hingga akhirnya ia jatuh sakit.


Menjalani sesi pengobatan jantung dan terapi rutin setiap dua pekan setiap bulan  sudah  membuat mentalnya cukup lelah. Ia ingin hidup tenang di masa tuanya. Bu Sartika sempat meremehkan putranya saat Dendy meminta ijin untuk membawa Ghea ke rumahnya. Ghea sama sekali tak mengenal Bu Sartika, namun Bu Sartika dengan segala kekuasaan dan uang yang ia miliki tergerak untuk menyelidiki latar belakang Ghea. Status sosial mereka cukup berbeda-sangat timpang. Bu Sartika tidak menghendaki hal itu.


***


Setelah sampai rumah, Ghea langsung pergi ke dapur untuk menemui mamanya.
Bu Andini melihat  putrinya menenteng tas dan ia memasang senyum mengejek. Keadaan Ghea benar-benar payah. Wajah kusut, rambut sedikit acak-acakan. Make-up Ghea sedikit berantakan, kemeja yang di kenakan Ghea benar-benar kusut.


"Kamu habis lewat daerah yang ada tornadonya,  Ge?"


Ghea hanya mencebikkan bibirnya. Ia berjalan menuju wastafel lalu mencuci tangannya.


"Mama nggak usah sewot kenapa? Aku beneran lupa kalau ini April mob."


Bu Andini pun tertawa lepas."Nak, Mama nggak ngejek kamu. Mama hanya ingin menghibur saja kok. Kamu kok baperan banget sih."


"Ma." Ucap Ghea. Ia mengambil Jus Jeruk yang di sodorkan oleh Bu Andini. Ghea mengambilnya lalu meneguk perlahan.


Bu Andini yang tanggap dengan suasana hati Ghea akhirnya menghentikan kegiatannya mengupas aneka sayuran, bahan untuk membuat risol pesanan.
Bu Andini menarik kursi dan duduk di depan Ghea. Ia menatap wajah putrinya yang sedikit sembab."Kamu kenapa, cerita sama mama." Bujuk Bu Andini. 

Setelah papa Ghea berpulang, Bu Andini saling menguatkan satu sama lainnya dengan Ghea. Ghea harus pontang panting kerja demi menyambung kehidupan mereka setelah Pak Salman berpulang.


"Hari ini aku ketemu Dendy, Ma."


"A-pa? Dimana kamu ketemu Dendy?" Tanya Bu Sartika dengan nada menukik tajam. Bu Sartika lantas memegang pundak tubuh Ghea.


"Jangan pernah temui lagi pria itu, Ge. Ingat apa yang sudah mamanya lakukan padamu. Wanita sombong itu benar-benar nggak punya hati nurani." Maki Bu Andini dengan kesal.


"Kalau mama masih kesal kenapa terima pesanan dari Bu Sartika? Gea baru tahu kalau pesanan itu dari Bu Sartika."


Bu Andini pun lantas duduk kembali. Pesanan itu bukan atas nama Bu Sartika, melainkan orang lain. Dulu Dendy ijin pada Bu Andini  mengajak Ghea ke rumahnya untuk bertemu dengan Bu Sartika. Namun, Bu Sartika beralasan sedang sibuk dengan acara sosialnya. Akhirnya acara itu batal.
Hari itu, saat Ghea pulang dari rumah Dendy, Ghea mendapat kabar kalau papanya kecelakaan. Mobil papanya ditabrak saat perjalanan pulang oleh mobil yang menyalipnya. Hari sudah larut dan papa Ghea pulang dari checking  lokasi calon kantor baru dengan manager pemasaran kantornya.


"Sudah Ma, jangan ingatkan hal itu lagi. Itu bener-bener nggak ingin Ghea ingat, Ma." Ucap Ghea dengan isak tangis. Ia berlari ke luar dapur meninggalkan mamanya.


Tubuh Bu Andini luruh di sudut dapur, beruntung ia masih bisa bersandar pada tembok sehingga tidak jatuh. Bu Andini juga merasa dunianya hancur saat mendapat telfon dari Ghea kalau Bu Sartika membatalkan acara pertemuannya dengan Ghea secara sepihak. Apalagi, setelahnya ia di beritahu perusahaan kalau mobil suaminya mengalami kecelakaan.


"Maafin Mama, Ge. Mama belum bisa maafin Bu Sartika begitu juga Dendy."


Tak di sangka di depan pintu, adik Ghea berdiri mematung melihat keadaan mamanya. Bu Andini tak menyadari kalau putranya sudah pulang.


"Ma, ma-ma kenapa? Bangun Ma!" Ganendra yang menenteng ranselnya mendekat pada Bu Andini. Hari itu Ganendra melihat sisi rapuh mamanya yang selama ini tak pernah Ganendra tau. 


"Maafin Ganendra, Ma. Selama ini nyusahin Mama saja." Ganendra memeluk Bu Andini. Mereka berpelukan dengan isak tangis.


Bu Andini menatap wajah putranya. Ia tak menyangka kalau putranya akan pulang lebih awal.


"Apa yang terjadi Ma. Ganen dengar Mbak Ghea tadi nangis diatas. Mama nggak cekcok kan dengan Mbak Ghea?" Selidik Ganendra.


Bu Andini hanya menggelengkan kepalanya."Ganendra, kita jual rumah ini saja, Nak. Kita pulang kampung." Kata Bu Andini mengagetkan Ganendra.


"Jual rumah?" Tanya Ganendra kaget.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun