***
Setelah sampai rumah, Ghea langsung pergi ke dapur untuk menemui mamanya.
Bu Andini melihat  putrinya menenteng tas dan ia memasang senyum mengejek. Keadaan Ghea benar-benar payah. Wajah kusut, rambut sedikit acak-acakan. Make-up Ghea sedikit berantakan, kemeja yang di kenakan Ghea benar-benar kusut.
"Kamu habis lewat daerah yang ada tornadonya, Â Ge?"
Ghea hanya mencebikkan bibirnya. Ia berjalan menuju wastafel lalu mencuci tangannya.
"Mama nggak usah sewot kenapa? Aku beneran lupa kalau ini April mob."
Bu Andini pun tertawa lepas."Nak, Mama nggak ngejek kamu. Mama hanya ingin menghibur saja kok. Kamu kok baperan banget sih."
"Ma." Ucap Ghea. Ia mengambil Jus Jeruk yang di sodorkan oleh Bu Andini. Ghea mengambilnya lalu meneguk perlahan.
Bu Andini yang tanggap dengan suasana hati Ghea akhirnya menghentikan kegiatannya mengupas aneka sayuran, bahan untuk membuat risol pesanan.
Bu Andini menarik kursi dan duduk di depan Ghea. Ia menatap wajah putrinya yang sedikit sembab."Kamu kenapa, cerita sama mama." Bujuk Bu Andini.Â
Setelah papa Ghea berpulang, Bu Andini saling menguatkan satu sama lainnya dengan Ghea. Ghea harus pontang panting kerja demi menyambung kehidupan mereka setelah Pak Salman berpulang.
"Hari ini aku ketemu Dendy, Ma."
"A-pa? Dimana kamu ketemu Dendy?" Tanya Bu Sartika dengan nada menukik tajam. Bu Sartika lantas memegang pundak tubuh Ghea.