Mak Mar mengulurkan tangannya dan menyentuh pipiku.
"Cantik seperti mamanya." gumam mak Nar.
Aku tersenyum sebagai ucapan terima kasih karena sudah dipuji cantik.Â
Sambil berjalan pulang eyang dan Mak Nar terlibat dalam obrolan ringan tentang keluarga masing-masing. Dan aku hanya sebagai pendengar setia.Â
Sampai akhirnya Eyang menawari pekerjaan kepada Mak Nar untuk mau membantu menemani Eyang di rumah dan mambantu menjagaku dari pada menganggur. Dan Mak Nar menyanggupinya. Jadilah Mak Nar sebagai pengasuhku mulai saat itu ketika aku mulai masuk TK.
Mak Nar begitu setia dan patuh kepada keluarga eyang, tidak banyak menuntut dan pandai menempatkan diri di dalam keluarga besar kami. Saudara-saudara eyang memuji pekerjaan dan tindak tanduk Mak Nar bahkan ada yang menawari untuk bekerja di keluarganya. tetapi dengan halus Mak Nar menolak.Â
Ada gerakan kecil di genggaman tanganku, aku terkejut dan tersadar dari kenangan kecilku bersama Mak Nar. Tangan Mak Nar bergerak. Aku mengucap syukur kepada Allah akan tanda tersebut, masih ada tanda kehidupan di tubuh lemah di depanku ini. Ku dekatkan mulutku ke telinga Mak Nar dan menuntun Mak Nar berdoa semoga Allah memberikan kesembuhan kepada beliau.Â
"Laa haula walaa quwwata illa billah." ku bisikan lembut di telinga beliau.
"Mak...Lily sayang sama Mak Nar." sedikit terisak ketika kuucapkan kata itu.
"Mak harus kuat ya...." semakin bergetar suaraku
"Sembuh ya Mak...sembuh..." semakin parau suaraku.