Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat SosialāŽ®PenulisāŽ®Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelami Kedalaman Empati, dari Kasus Deddy Corbuzier hingga Teori Hoffman

20 Januari 2025   16:09 Diperbarui: 20 Januari 2025   19:34 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Siswa menyantap menu makan bergizi gratis (MBG). (Foto: KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG)

Dalam kariernya, Hoffman terutama berfokus pada pengembangan empati dan hubungannya dengan perkembangan moral, yang ia definisikan sebagai "people's consideration for others", pertimbangan orang terhadap orang lain.

Hoffman berpendapat bahwa empati bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba di usia tertentu, melainkan berkembang secara bertahap seiring dengan pertumbuhan kognitif dan emosional anak.

Hoffman meyakini bahwa perilaku moral sering kali dilandasi oleh perasaan empatik terhadap orang lain, bukan hanya oleh pengertian rasional atau norma sosial yang diinternalisasi.

Sederhananya, perilaku prososial dan antisosial dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat empati seseorang. Semakin besar empati, semakin kuat prososial.

Hoffman memproklamirkan bahwa perkembangan empati sangat terkait dengan munculnya perilaku prososial. Ketika seseorang merasakan empati terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan, mereka lebih cenderung untuk memberikan bantuan atau dukungan.

Hal ini menunjukkan bahwa empati bukan hanya sekadar pengalaman emosional, tetapi juga menjadi motivator utama untuk bertindak secara prososial

Hoffman mendefinisikan empati bukan sebagai emosi tunggal, melainkan sebagai serangkaian respons afektif yang kompleks yang berkembang seiring dengan pertambahan usia.

Ia membedakan dua dimensi utama dalam empati: dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, sedangkan dimensi afektif berhubungan dengan pengalaman emosional yang muncul ketika merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Singkatnya, teori empati yang dikemukakan Hoffman tidak hanya menjelaskan proses, tetapi juga menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan empati menurut Hoffman meliputi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun