Bagian 4: Dari Revolusi Putih Hingga The Asian Way
Oligarki merupakan fenomena kompleks yang memiliki dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Secara global, laporan dari Oxfam menunjukkan bahwa delapan orang terkaya di dunia memiliki kekayaan setara dengan setengah populasi dunia. Ini mencerminkan konsentrasi kekayaan yang ekstrem di tangan segelintir orang superkaya dan kaum elit global.
Oxfam juga menyebutkan bahwa dunia saat ini dikuasai oleh apa yang disebut sebagai "oligarki global," di mana sekelompok kecil individu dan perusahaan besar memiliki kekuasaan yang sangat besar atas ekonomi dan politik.
Nabil Ahmed, direktur ekonomi dan keadilan rasial Oxfam America, menekankan bahwa oligarki ini membentuk aturan-aturan yang menguntungkan mereka sendiri, sering kali dengan mengorbankan masyarakat umum.
Hal ini menyebabkan ketimpangan yang ekstrem, di mana satu persen orang terkaya memiliki lebih banyak kekayaan dibandingkan 95 persen populasi lainnya (voaindonesia.com, 27/9/24).
Kondisi tersebut sejalan dengan tesis Thomas Piketty, bahwa jika kekayaan secara konsisten tumbuh lebih cepat daripada penghasilan maka krisis ketimpangan pun akan semakin buruk.
Dengan kekuasaan terkonsentrasi di tangan sedikit orang, oligarki tidak hanya menciptakan ketidaksetaraan ekonomi tetapi juga berpotensi menimbulkan korupsi dan pengambilan keputusan yang tidak efisien.
Oleh karena itu, penting bagi bangsa yang sadar untuk memahami dinamika ini dan mendorong reformasi yang dapat mengurangi pengaruh oligark dalam pemerintahan dan ekonomi demi kesejahteraan bersama.
Pada Bagian #2 saya berjanji menguraikan sedikit tentang oligarki. Mungkin penjelasan ini akan membosankan sebagian pembaca. Anda boleh skip Bagian ini. Jika menarik sila lanjutkan membacanya.