Buku ini juga membahas bagaimana perubahan institusi yang mendalam dapat terjadi. Penulis berpendapat bahwa perubahan besar sering kali memerlukan revolusi atau tekanan dari luar untuk memecahkan lingkaran setan kekuasaan elit yang menahan perubahan.
Mereka menekankan bahwa reformasi politik harus disertai dengan distribusi kekuasaan yang lebih adil agar institusi ekonomi dapat berfungsi secara inklusif.
Di akhir buku, Acemoglu dan Robinson menegaskan pentingnya menciptakan institusi yang inklusif sebagai syarat untuk memerangi kemiskinan dan ketimpangan. Mereka menyatakan bahwa tanpa reformasi struktural yang nyata dalam kekuasaan politik, negara tidak akan mampu mencapai kemakmuran jangka Panjang.
Relevansi di Indonesia
Analisis dalam "Why Nations Fail" sangat relevan untuk konteks Indonesia. Meskipun Indonesia pasca-reformasi sudah memiliki institusi ekonomi dan politik yang inklusif secara formal, namun tantangan besar tetap ada dalam implementasinya.
Tantangan utama bagi kemakmuran Indonesia, dapat dijelaskan:
Kekuatan Elit: Banyak kebijakan di Indonesia masih dipengaruhi oleh kelompok elit yang memiliki kepentingan tertentu, sehingga menghambat distribusi kekayaan yang adil.
Korupsi: Tingkat korupsi yang tinggi dapat merusak institusi inklusif dan menciptakan ketidakstabilan politik, mirip dengan contoh-contoh negatif yang dibahas dalam buku ini.
Pembangunan Ekonomi: Meskipun Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar, ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan akses terhadap peluang ekonomi tetap menjadi masalah utama.
Inflasi Global dan Daya Beli Masyarakat: Indonesia saat ini menghadapi inflasi global yang tinggi, dengan proyeksi inflasi domestik mencapai 3,19% pada tahun 2024. Hal ini berdampak pada daya beli masyarakat yang stagnan, meskipun pandemi COVID-19 telah berlalu.
Defisit Anggaran dan Utang: Defisit anggaran pemerintah diperkirakan meningkat, dengan utang negara mencapai rasio 38,79% terhadap PDB. Beban bunga utang juga menjadi perhatian utama, mengingat pembayaran jatuh tempo yang tinggi