Dalam buku ini, penulis menekankan peran institusi---baik politik maupun ekonomi---sebagai kunci utama dalam menentukan nasib suatu negara.
Buku ini dimulai dengan pertanyaan mendasar: Mengapa beberapa negara kaya dan makmur, sementara yang lain tetap miskin dan terbelakang? Acemoglu dan Robinson mengkritik pandangan yang lebih mengutamakan faktor geografi atau budaya,
Acemoglu dan Robinson berargumen bahwa institusi yang inklusif atau ekstraktif adalah penyebab utama ketimpangan tersebut.
Institusi Inklusif vs. Ekstraktif
Penulis membedakan antara institusi inklusif, yang memungkinkan partisipasi luas dalam kegiatan ekonomi dan politik, dan institusi ekstraktif, yang dirancang untuk menguntungkan segelintir elit.
Institusi inklusif menciptakan insentif bagi inovasi dan distribusi kekayaan yang lebih merata, sedangkan institusi ekstraktif cenderung menghambat pertumbuhan ekonomi.
Indonesia di era orde baru dengan kecenderungan kapitalis-militeristik dalam sistem pemerintahannya memaksa institusi-institusi negara hanya mengabdi untuk kepentingan segelintir golongan elit.
Lengsernya Soeharto membawa perubahan mendasar terhadap inklusifitas institusi negara. Sistem desentralisasi menjadi harapan pemerataan kesejahteraan.
Acemoglu dan Robinson membandingkan Korea Selatan dan Korea Utara, menunjukkan bagaimana perbedaan institusi dapat menghasilkan perbedaan dramatis dalam kesejahteraan masyarakat.
Mereka juga menyoroti kasus Kota Nogales, di mana perbedaan institusi di kedua sisi perbatasan AS-Meksiko menghasilkan disparitas ekonomi yang signifikan.
Perubahan Institusional