Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Anatomi Negara: Faktor-faktor Determinan Keberhasilan dan Kegagalan

29 Desember 2024   13:05 Diperbarui: 29 Desember 2024   13:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografik Ketimpangan Ekonomi Indonesia Peringkat ke-4 di Dunia (Sumber: Katadata.co.id)

Dalam buku ini, penulis menekankan peran institusi---baik politik maupun ekonomi---sebagai kunci utama dalam menentukan nasib suatu negara.

Buku ini dimulai dengan pertanyaan mendasar: Mengapa beberapa negara kaya dan makmur, sementara yang lain tetap miskin dan terbelakang? Acemoglu dan Robinson mengkritik pandangan yang lebih mengutamakan faktor geografi atau budaya,

Acemoglu dan Robinson berargumen bahwa institusi yang inklusif atau ekstraktif adalah penyebab utama ketimpangan tersebut.

Institusi Inklusif vs. Ekstraktif

Penulis membedakan antara institusi inklusif, yang memungkinkan partisipasi luas dalam kegiatan ekonomi dan politik, dan institusi ekstraktif, yang dirancang untuk menguntungkan segelintir elit.

Institusi inklusif menciptakan insentif bagi inovasi dan distribusi kekayaan yang lebih merata, sedangkan institusi ekstraktif cenderung menghambat pertumbuhan ekonomi.

Indonesia di era orde baru dengan kecenderungan kapitalis-militeristik dalam sistem pemerintahannya memaksa institusi-institusi negara hanya mengabdi untuk kepentingan segelintir golongan elit.

Lengsernya Soeharto membawa perubahan mendasar terhadap inklusifitas institusi negara. Sistem desentralisasi menjadi harapan pemerataan kesejahteraan.

Acemoglu dan Robinson membandingkan Korea Selatan dan Korea Utara, menunjukkan bagaimana perbedaan institusi dapat menghasilkan perbedaan dramatis dalam kesejahteraan masyarakat.

Mereka juga menyoroti kasus Kota Nogales, di mana perbedaan institusi di kedua sisi perbatasan AS-Meksiko menghasilkan disparitas ekonomi yang signifikan.

Perubahan Institusional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun