Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sehari, Menjadi "Baduy"

27 Juli 2023   01:12 Diperbarui: 27 Juli 2023   02:34 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya awalnya tujuan kami ke Gazebo, tapi kuubah ke Jembatan Akar. Itu setelah ngobrol dengan Kang Cecep, angkot berani ke Cakuem. Lokasi start terdekat menuju Jembatan Akar. "Dekat" versi orang Baduy loor. Bagi orang kota, ya tetep jauh hahaha.

Lagi pula Jembatan Akar lebih menarik bagiku. Meski sebenarnya lebih jauh dibanding Gazebo kalau ditempuh dari kampungnya Aojan. Bisa 2 jam.

Jalanan ke Cakuem, ampun deh. Jalanan beraspal turun naik rusak. Beberapa titik rusak parah. Bahkan teman-teman terpaksa turun karena "kasihan" angkotnya. Yang sesekali "gajruk" terantuk batu-batu jalan yang berserakan.

Dari Cakuem, hiking menembus hutan Baduy Luar. Hanya sedikit rumah Baduy yang kami lintasi. Seperti kata Aojan, kampung ini tak banyak rumah.

Menyusuri jalan setapak, dengan pemandangan hijau pepohonan, segar juga. Cuma jalannya turun naik. Tanjakan dan turunan. Beberapa titik lumayan wadidaw, di sisi jurang.

Jalanan tanah, gak kebayang betapa licinnya kalau hujan. Kami beruntung, hujan ridak turun hari itu. Padahal minggu-minggu sebelumnya, Aojan sudah "wanti-wanti", bahwa kalau sore hari sering hujan. Waktu itu aku bilang padanya, "Ntar situsional saja. Kalau hujan ya balik kanan."

Satu kali istirahat di teras rumah warga Baduy Luar. Lumayan bisa ambil nafas setelah meniti tanjakan. Maklum saja, biasa hikingnya di mal. Naik tanjakan tinggal naik escalator hahaha.

Sekitar sejam perjalanan sampai di Jembatan Akar. Ternyata bareng dengan rombongan wisatawan lain. Mereka menggunakan jalur yang berbeda dengan kami. Antrelah untuk foto-foto di atas jembatan ikonik Baduy itu.

Aku takjub dengan jembatan yang konon sudah digunakan se abad lalu. Tak jelas tahun pastinya.didirkan Suku Baduy.

Aku di jembatan Akar Baduy. Foto Aojan. 
Aku di jembatan Akar Baduy. Foto Aojan. 
Konstruksinya sederhana saja. Bambu-bambu Panjang ditumpuk-tumpuk lalu dijulrkan ke akar-akar pohon yang menjalar. Pohononnya besar dan tua. Anehnya meski terlihat ringkih namun kuat dan kokoh saat jembatan dilewati. Tapi tetap saja "Ngeri-ngeri sedap", liat Sungai Cisimeut di bawahnya.

Aku taksir Panjang jembatan sekira 30an meter. Sebenarnya hanya bisa dilalui satu orang. Kalau berpapasan, satu orang harus berhenti dan agak minggir sejenak. Ada untaian bambu di sisi kanan kiri, bisa sebagai pegangan. Tapi jangan diduduki ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun