Nasi putihnya, bener-bener putih. Dengan teman lauk tempe, tahu, telur, yang berasa orisinil. Seonggok garam, disediakan.
"Ini kalau kurang asin," kata Aojan sambil menyodorkan sebiji benda putih padat, garam.
Aku senang dengan rasa tempe, tahu telurnya. Rasanya original. Kalau di rumah aku memang sukanya tempe goreng tanpa dibumbui. Agaknya itu yang banyak aku makan. Dan tentunya ... pete! Ada pete rebus dan goreng yang disediakan.
Sepertinya pete menjadi bahan konsumsi yang disukai warga Baduy kaya pohon pete di hutan. Pete sekaligus menjadi komoditi yang dijual ke pengunjung. Beberapa teman bahkan membeli untuk dibawa pulang. Â Meski aromanya bikin "puyeng" bagi "hatersnya", tapi pete jadi makanan "mewah" bagi penggilanya. Hahaha
Oya, disajikan juga kopi khas Baduy plus gula aren bikinan sendiri. Kopi itu biasanya dinikmati orang Baduy menggunakan "somong" atau gelas yang dibikin dari bambu. Meski di Baduy Luar sudah banyak yang menggunakan gelas biasa.
Buat tau aja, bapaknya Aojan sering bikin sendiri. Beliau penikmat kopi dengan gigitan gula aren saat lagi "ngudut" alias merokok. Seperti yang kulihat saat berbincang-bincang malam hari, kala itu. Waktu aku menginap di rumahnya, akhir tahun lalu.
Yang jelas, aku merasakan nuansa kesederhanaan makanan ditambah suasana kampung [dalam arti sebenarnya]  itu merasuk dalam rasa hati. Mengingatkan  masa kecil dulu. Hilang beban dan carut marut pikiran. Rasa yang mungkin sulit kita peroleh di hiruk pikuk laju kompetisi kehidupan perkotaan.
Selesai menikmati "rasa" Baduy melalui makanannya, acara lanjut ke trip berikutnya. Sebelumnya belanja dulu produk Baduy. Aku beli baju hitam Baduy, gula aren. Juga beberapa teman lain. Plus pete pastinya. Hehee
Jarum jamku sudah menunjuk angka 14.00 wib, saat kami meninggalkan piring-piring makanan kami. Jembatan Akar Baduy yang popular itu menjadi tujuan berikutnya.
Eksotiknya Jembatan Akar BaduyÂ
Seperti di video atas itulah Jembatan Akar Baduy yang popular itu. Jembatan yang menjadi jalur penghubung menuju Baduy Dalam. Kami menempuh perjalanan ke jembatan eksotik itu dengan cara orang Baduy, jalan kaki. Yaiyalah lewat hutan.