Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mengulik Kuliner Favorit, Menggali Sejarah Berharga di Baliknya

26 April 2023   22:16 Diperbarui: 26 April 2023   22:19 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau dengan kuliner gudeg Jogjakarta, aku sangat familiar. Secara 9 tahun bermukim di Jogja.

Gudeg menjadi menu keseharian waktu itu. Olahan lezat Nangka muda. Apalagi mudah didapat.  Dulu gudeg dikenal dari kawasan gudeg di Jalan Wijilan.  Lokasi gudeg legendaris Yu Djum dan gudeg lainnya.

Seporsi gudeg dengan lauk pauk pelangkap. Foto @littletigeradventure
Seporsi gudeg dengan lauk pauk pelangkap. Foto @littletigeradventure
Menilik sejarah gudeg, unik. Konon kemunculan Gudeg diperkirakan bebarengan dengan pembentukan Jogja sendiri.  

Melansir dari beragam sumber, sejarah singkat gudeg dimulai kala abad ke-16. Kala prajurit Kerajaan Mataram "babat alas" membuka hutan belantara untuk membangun peradaban. 

Lokasinya sekarang ada di kawasan Kotagede. Di  hutan itu banyak pohon nangka dan kelapa. Lalu dikreasikanlah kedua bahan itu untuk konsumsi para prajurit.

Nama gudeg dulunya dikenal dengan sebutan Hangudek yang artinya Mengaduk.

Ini mengingat cara memasak gudeg adalah dengan cara mengaduk santan dan nangka muda dalam tungku besar. Akhirnya disebutlah Gudeg.

Awalnya gudeg hanya populer di kalangan prajurit, namun lambat laun diketahui oleh masyarakat umum karena bahan yang mudah ditemui dan rasanya yang lezat.

Dulu, gudeg hanyalah berupa sayur nangka muda yang dibumbui bersama santan. Lalu sekarang ditambah tempe, tahu, telur dan daging ayam.

Bersyukur, sekarang kitab isa menikmati aneka cita rasa gudeg, dari yang asli manis, hingga yang rasanya pedas.

Bahkan sudah ada  gudeg basah yang otentik hingga gudeg kering. Gudeg memang gak ada matinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun