Tapi bisa jadi karena aku kurang detil mengeksplornya, secara memang sambil lalu aja, di tengah jadwal kunjungan.Â
Eh ternyata Danau Toba memang sedang bergeliat menggali dan memproduksi produk khas, terutama kulinernya.
Prosentase khusus portofolio budaya termasuk budaya kuliner menempati prosentase tinggi sebesar 45 %. Sementara wisata warisan budaya dan sejarah sebesar 20% dan wisata kota dan desa sebesar 35%. Cukup besar potensinya. Dan itu jelas sangat potensial untuk dikembangkan guna menarik para wisatawan.
Untuk data kunjungan wisatawan, tercatat data pada Februari 2019, wisatawan Malaysia menempati angka pengunjung terbanyak dengan jumlah kunjungan 10.950 kunjungan atau 46,91 % dari total wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara.
Lalu seperti apa keragaman kuliner yang ada di Sumatera Utara?
Ibu Hidayati memberikan data ilustrasi bahwa keragaman kuliner masakan Sumatera Utara berdasarkan daerah dan suku yang menghuni, dapat dibagi menjadi 6 masakan sub-khas.
1). Â Masakan Melayu, yaitu masakan yang berasal dari daerah pantai, baik Medan, Langkat, Binjai atau sekitarnya. Misalnya Kerabu Toge dan Buah Malaka.Â
2). Masakan Karo, yang merupakan hidangan yang berasal dari dataran tinggi atau daerah pegunungan di Tanah Karo, seperti Berastagi, Kabanjahe, dan sekitarnya. Misalnya Cipera, Collarcollar nurung mas, Tasak Telu dan Sop Manuk Mbentar.
3). Masakan Toba, yang merupakan hidangan khas yang berasal dari wilayah Danau Toba, khususnya suku Batak Toba yang mendiami dataran tinggi Parapat, Samosir dan sekitarnya. Misalnya Na Ni Ura, Mie Gomak, Dali Ni Horbo, Arsik dan sebagainya
4). Masakan Mandailing, yaitu hidangan yang berasal dari Mandailing Natal (Madinah) dan sekitarnya. Termasuk masakan angkola di dalamnya. Penjualan Ikan Gulai, Kari Gadong Bulung, dan Pagu Mandailing.