“Pak RT ama bapak-bapak lainnya udah datang dari depan. Kita yang jaga di belakang rumah, kalau Jarot mau kabur,” kata Edi selepas ketawa ngakak.
*
Pos ronda menjadi ajang pengadilan. Tak ada aksi anarkis alias main hakim sendiri seeh, setelah Jarot yang hanya bersarung dan Tuti berdaster, digelandang ke pos ronda RT. Kepala desa yang sudah hadir pun, berembug dengan warga lainnya.
Aku yang sudah sedikit tenang, masih terengah mencari-cari si Deni. “Mana Deni?”
“Tuh, masih shock dia,” kata seorang kawan.
Nampak Deni ‘njogrok’ di pinggir jalan. Siluet tubuhnya dari penerangan lampu pos ronda, nampak masih gemetar. Sambil minum air mineral yang disodorkan kawan lain, Deni terdiam. Kedua tangannya memegang selangkangannya.
“Dia ngompol tuh,” kata Iwan sambil ngakak.
Laah ngompol? Aku reflek mengangkat tangan kananku. Tangan yang dijepit paha Deni saat aksi ngintip sebelumnya. Mendekatkan ke hidung.
“Bajingukkkk…. As****!” kataku tanpa basa basi. Aku rebut air mineral Deni. Buru-buru cuci tangan kananku, yang beraroma ‘pesing’ ompolan gegara Kuntilanak gadungan selingkuh.
@rahabganendra
*Nama-nama disamarkan, gak enak karena ada yang sudah almarhum.
*Sudah berusaha sekuat tenaga nyeritain secara ngoplak, dikit modif, mohon dihargai minimal dengan vote :D #YangNgeplakKunti