Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Transformasi Danamon Membangun Posisi sebagai Bank Pilihan di Era Kekinian

15 Oktober 2016   22:46 Diperbarui: 15 Oktober 2016   23:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Nangkring Kompasiana bareng Bank Danamon. (Istimewa)

 

MEMILIH Bank untuk menyimpan dana sepatutnya adalah sesuai kebutuhan bukan keterpaksaan. Bank apa yang sesuai dengan kriteria kebutuhan kita. Nyaman karena merasa aman. Senang karena Bank memberikan pelayanan yang memuaskan. Bahagia karena kita bisa menikmati program-programnya yang memang bermanfaat secara personal. Jika demikian simbiosis mutualisme antara nasabah dan Bank akan terjalin. Inilah seharusnya ikatan yang terjadi.

Bank Danamon sebagai salah satu Bank yang ternama, sadar betul akan kemauan nasabah. Bank sebagai pilihan nasabah karena memang mempunyai nilai-nilai dalam program yang bermanfaat. Bukan karena hal lain. Dan untuk menggali aspirasi nasabah, Bank Danamon menjangkau lebih serius  peran dan fungsi komunitas melalui media sosial. Komunitas? Yaa, komunitas, yang tumbuh di domain masyarakat era kekinian. 

*

Berapa rekening di Bank yang kamu punya? Satu? Dua? Tiga? Atau lebih? Jamak seh era sekarang kita mempunyai banyak rekening di bank. Terlepas ada isi (saldonya) atau tidak heheee. Jujur aku sendiri pernah mempunyai 5 rekening hehee. Banyak? Enggak aaah. Lumayan saja. Tapi itu dulu seh. Sekarang tinggal tiga rekening. Kemana yang dua rekening? Ku tutup hahaaaa. Seiring kurang membutuhkan lagi.

Pasalnya rekening-rekening itu sebenarnya bukan karena aku buka karena pilihan. Tapi ada ‘keterpaksaan’ membukanya. Misalnya karena dapat hadiah dari bank bersangkutan. Ada juga yang karena terpaksa membuka rekening menyesuaikan dengan rekening kantor. Sementara ada juga karena kepentingan pengajuan KPR. Juga ada yang karena menyesuaikan dengan rekening orangtua di kampung, untuk keperluan transfer.

Sooo, banyak ragam alasan membuka rekening. Yang jelas alasan utama yaaa karena kebutuhan. Kebutuhan untuk transfer gaji dan KPR heheheee. Itu akhirnya mau gak mau menjadi pilihan bank yang aku gunakan, hingga saat ini. Dan jamak terjadi di masyarakat umum.

Pertanyaannya kenapa bisa terjadi demikian? Apakah program maupun produk bank-bank kurang menarik dan tak mengena? Bagaimana bank berinovasi untuk menjangkau nasabah lebih luas? Bagaimana bank berinovasi di era kekinian yang serba digital? Bagaimana menggunakan media social untuk menunjang program perbankan agar lebih menjangkau masyarakat?

Antara Perbankan, Transformasi dan Adaptasi

Zaman berubah cepat. Kecepatan dibutuhkan seiring dengan perkembangan teknologi digital. Internet semakin meluas. ‘Dunia maya’ merambah segala lini kehidupan manusia. Dunia semakin terasa dekat seiring semakin mudahnya memperoleh informasi kejadian, dan apa pun itu. Melalui media social yang ditopang oleh merambahnya internet, semua isu-isu di belahan dunia semakin mudah diketahui. Isu-isu lokal sedemikian cepatnya mendunia. Boleh dikatakan bahwa “Semua momen milik dunia.” Demikian pula dunia perbankan mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan kondisi zaman.  

Bank Danamon adalah salah satu bank yang menyadari bahwa bertransformasi dan beradaptasi di era kekinian yang serba digital itu adalah perlu dan penting.  Orang mengenal bank itu kaku, formal dan banyak regulasi. Saat ini Danamon sangat focus mengembangkan digital komunikasinya  di media sosial.

Menurut Bp.Gandi, Online Head Danamon, transformasi dan adaptasi sebuah perbankan adalah perlu. Itulah yang saat ini dilakukan Danamon untuk menjangkau nasabah yang lebih luas, terutama anak-anak muda generasi milineal. Transformasi dan adaptasi adalah menjawab era zaman yang semakin berkembang dan berubah.

Bp.Gandi, Online Head Danamon. (Ganendra)
Bp.Gandi, Online Head Danamon. (Ganendra)
Sebagai contoh, dulu bank digunakan sebagai pilihan menyimpan uang serta dipercaya untuk mengatur uang nasabah. Sekarang bank bukan satu-satunya pilihan untuk mengatur uang nasabah, seiring banyak aplikasi online yang memiliki fitur seperti ‘dompet’. “Kompetitor’ sebagai pengelola keuangan semakin bermunculan dengan ragamnya.

“Bank bukan satu-satunya yang bisa mengatur uang. Kalau tak beradaptasi kita bisa punah seperti dinosaurus,” jelas Gandi saat acara Nangkring Kompasiana bertema “Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial” pada Sabtu, 1 Oktober 2016  di Gedung Menara Bank Danamon, Kuningan, Jakarta Selatan.

Bentuk dari semangat bertransformasi dan adaptasi Danamon adalah dengan menjangkau generasi milineal, berkolaborasi dengan komunitas melalui media social. Reformasi dunia Danamon harus  dilakukan dengan menggaet segmentasi anak muda. Generasi milenial, anak-anak muda yang sudah berbeda karakteristiknya. Menggunakan gadged, social media. Dan Danamon harus relevan dan kredibel/ dipercaya. Namun tidak kaku, formal.

“Kita pun harus berinovasi keberlanjutan. Penting bagi anak muda, gimana Danamon bisa menjadi pilihan anak muda. Caranya adalah Danamon harus relevan dengan  anak muda,” ujar Toni Darusman, Chief Marketing Officer Bank Danamon di kesempatan acara yang sama.

Menurut Toni, Dalam perjalanan 60 tahun usia Danamon, dengan slogan “Mantap Melaju”, bertujuan bahwa Danamon bisa menjadi bank yang memberi solusi finansial, dan member kemudahan pada pelanggan. Bagaimana untuk membuat Danamon berada di depan di dunia perbankan. Slogan “Mantap Melaju” sendiri bermakna bahwa dalam kesederhanaan Danamon makin mantap memberi pelayanan terbaik dan melaju bersama-sama nasabahnya.

Toni Darusman, Chief Marketing Officer Bank Danamon. (Ganendra)
Toni Darusman, Chief Marketing Officer Bank Danamon. (Ganendra)
Media Sosial sebagai Media Komunikasi dengan Nasabah

Nah seperti yang teruai di atas, bahwa tren perbankan cenderung berubah dari zaman ke zaman. Memilih bank sebagai pengatur keuangan nasabah acapkali bukan karena pilihan benar-benar ingin mempercayakan dananya ke salah satu bank. Siapa yang bener-benar memilih sebuah bank karena memang ingin dengan bank termaksud?

Dahulu bank dikenal sebagai yang tau tentang pengelolaan dana nasabah, bahkan tanpa tau apa sebenarnya yang diinginkan nasabah. Nah di era saat ini, saatnya bank itu ‘mendengar’ aspirasi nasabah. Apa yang dibutuhkan nasabah? Produk atau program apa yang cocok untuk nasabah?

“Kami ingin mendengar, memahami lebih baik kepentingan nasabah. Saatnya belajar mendengar,” ungkap Gandi.

Untuk itulah Bank Danamon merambah ke dunia media social dalam aktivitas perbankan dengan nasabah. Misalnya saja akun twitter Danamon meliputi @Danamon @mydanamon @HelloDanamon @KartuDanamon @DanamonBiz. Melalui akun-akun tersebut nasabah atau pun masyarakat yang bukan nasabah dapat mengetahui informasi lebih cepat dan akurat. Dan pihak Danamon lebih mudah dan cepat merespon segala keluhan nasabah. Respon nasabah?

Ragam akun Danamon (SC ganendra)
Ragam akun Danamon (SC ganendra)
“Kecepatan dibutuhkan saat ini. Nasabah sangat terbantu dengan medsos Danamon,” jelas Gandi.

Sebagai contoh, Kata Gandi pada kasus ATM ketelen, ada @HelloDanamon. Service dan produk semudah ngetwit. Responsif tak pakai ribet. 24 jam sehari selama seminggu.

“Bank tak boleh tidur. Kami mendampingi nasabah,” ungkap Gandi.

Lebih jauh Gandi menjelaskan soal fungsi dari akun media social Bank Danamon di atas.  Menurutnya kebutuhan masyarakat terbagi menjadi dua. Untuk pribadinya atau kebutuhan usahanya. Untuk kebutuhan pribadi, Danamon punya akun @mydanamon yang berisi sekitar tips, info lifestyle sesuai kebutuhan individu. Sementara @KartuDanamon berisi informasi promo mengenai kartu. Ada lagi bisnis banking, ada @danamonDSP berisi informasi membangun usaha. Ada @Danamonbiz, untuk konsumen  berisi market seperti apa, cara mengelola keuangan secara usaha.

“Kami bangun dari media sosial untuk nasabah. Kami melihat setelah ‘mendengar’ saatnya kita bersama-sama nasabah membangun cerita, baik dengan bank maupun komunitas. Sukses milik bersama,” kata Gandi.

Gandi menegaskan bahwa di masa datang, digital yang namanya online komunikasi akan men-drive arah sesuatu tak hanya komunikasi, tapi juga produk-produk yang nantinya akan diberikan untuk para nasabahnya.

Komunitas, Berkumpul dan Membangun Kepercayaan

Menjangkau komunitas melalui media social adalah salah satu upaya Danamon meluaskan nasabah. Menurut Gandi sasaran yang ingin dicapai Danamon, berinteraksi dengan komunitas, agar bisa member inside apa sebennarnya yang dibutuhkan komunitas. Danamon memandang komunitas adalah penting. Kenapa?

Patut diketahui apa she komunitas itu? Sharing dari Andreas Aditya S, Penggagas Komunitas Nebengers.com layak disimak. Bahwa berkomunitas yang tak kalah penting adalah menumbuhkan kepercayaan (Dunia perbankan pasti tak lepas dari factor ini).  Komunitas yang berawal dari forum dan adanya isu-isu kemacetan di Ibukota, lalu melalui media social twitter, saling berbagi rute ‘nebeng’. Hambatannya di awal adalah soal kepercayaan. Lalu bikinlah forum komunitasnya. Saling tahu dan tatap muka. Menumbuhkan kepercayaan anggota.

“Menggunakan twitter sebagai salah satunya pembentuk reputasi di awal. Apa sih twit-twitnya, berapa folowernya, pasang profil, gimana dia berinteraksi antar anggota. Medsos memabntu membentuk digital reputasi,” jelas Andreas yang sering dipanggil Beng-beng untuk sebuatan admin nebengers.

Andreas Aditya S, Penggagas Komunitas Nebengers.com. (Ganendra)
Andreas Aditya S, Penggagas Komunitas Nebengers.com. (Ganendra)
Maka dari sebelumnya tanpa ada syarat anggota untuk bergabung di nebengers, saat ini sudah ada aplikasi. Ada twitter membership. Wajib mengisi data lengkap yang sesuai standar validasi user berbagai apps. Itulah cara membangun kepercayaan antar anggota nebengers.

Andreas menyebutkan bahwa peran media social adalah penting bagi komunitas yang dibangunnya.  Seiring dengan semakin banyaknya media social yang hadir menjadi tantangan tersendiri untuk terus belajar.

“Kita harus mempelajari gimana platform media social yang digandrungi berbagai tingkatan generasi. Itu menjadi tantangan,” katanya.

Senada diutarakan  Iskandar Zulkarnaen, Assistant Manager Kompasiana di kesempatan yang sama, bahwa Kompasiana terbentuk setalah ada media social. Menurut pria yang akrab disapa Isjet ini, dengan adanya media sosial, orang yang tak berani menulis, menjadi berani menulis. Menuulis di Kompasiana.  Akhirnya terbentuk komunitas menulis. ‘Penulis-penulis’  berkumpul mengembangkan dirinya bersama-sama.

Kompasiana yang membuka diri, semua orang terlibat, berbasis konten. Penulis. Publik diajak terlibat dalam web dan bebas menulis tema apa pun. Mulai dari hobi, aktivitas menulis mereka membentuk dalam wadah. Ada yang doyan makan, kumpul di komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK), doyan  nonton kumpul di Komunitas Komik, doyan traveling di Komunitas Koteka dan lain-lain. Hingga saat ini 30an komunitas terbentuk di Kompasaiana atas dasar passion maupun wilayah seperti KBandung, Konek (Surabaya), Amboina (Ambon), Kudeta (Bali), Kjogja (Jogjakarta) dan lain-lain.

“Dengan komunitas semakin mengukuhkan aktivitas mereka, dan mudah diidentifikasi, baik oleh brand maupun pembaca,” jelas Isjet.

Iskandar Zulkarnaen, Assistant Manager Kompasiana. (Ganendra)
Iskandar Zulkarnaen, Assistant Manager Kompasiana. (Ganendra)
Antara Danamon, Kolaborasi Komunitas, dan Media Sosial

Mengingat kekuatan penting dari komunitas dan media social di era kekinian, sungguh langkah dan rencana yang patut dikembangkan dari Danamon. Bahwa kekuatan dan lekatnya ‘kepercayaan’ antar susun bangun anggota komunitas adalah sebuah modal yang patut dijembatani terkait kebutuhan akan perbankan. Aspirasi-aspirasi kebutuhan program perbankan yang sesuai kebutuhan akan mudah diserap. Seperti halnya dunia perbankan, bahwa modal kepercayaan adalah utama. Menjangkau komunitas yang telah solid adalah kolaborasi mutualisme yang sangat potensial dilakukan.

Dan pemanfaatan media social dalam era kekinian, hukumnya adalah wajib. Memangkas waktu, dan sesuai karakteristik era kekinian, yakni kecepatan. Bagaimana media social bisa digunakan sebagai sarana interaksi nasabah dengan bank demi service yang member kenyamanan dan membangun, merawat kepercayaan nasabah. Penting sekali.  Jurus transformasi dan adaptasi yang sudah dimulai oileh Danamon menjadi senjata ampuh menghadapi zaman yang berubah. Zaman milineal. Mendudukkan nasabah sebagai mitra yang aspirasi kebutuhannya dapat dijawab oleh perbankan/ Danamon. Yang pada akhirnya mendudukkan posisi Danamon sebagai bank ‘pilihan’ nasabahnya, bukan karena ‘keterpaksaan’.

Patut digarisbawahi, slogan “Mantap Melaju” seperti dinyatakan Toni Darusman, Chief Marketing Officer Bank Danamon,adalah semangatDanamon untuk makin mantap memberi pelayanan terbaik dan melaju bersama-sama nasabahnya. Salam.

@rahabganendra

FB dan TWITTER 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun