Andreas menyebutkan bahwa peran media social adalah penting bagi komunitas yang dibangunnya. Seiring dengan semakin banyaknya media social yang hadir menjadi tantangan tersendiri untuk terus belajar.
“Kita harus mempelajari gimana platform media social yang digandrungi berbagai tingkatan generasi. Itu menjadi tantangan,” katanya.
Senada diutarakan Iskandar Zulkarnaen, Assistant Manager Kompasiana di kesempatan yang sama, bahwa Kompasiana terbentuk setalah ada media social. Menurut pria yang akrab disapa Isjet ini, dengan adanya media sosial, orang yang tak berani menulis, menjadi berani menulis. Menuulis di Kompasiana. Akhirnya terbentuk komunitas menulis. ‘Penulis-penulis’ berkumpul mengembangkan dirinya bersama-sama.
Kompasiana yang membuka diri, semua orang terlibat, berbasis konten. Penulis. Publik diajak terlibat dalam web dan bebas menulis tema apa pun. Mulai dari hobi, aktivitas menulis mereka membentuk dalam wadah. Ada yang doyan makan, kumpul di komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK), doyan nonton kumpul di Komunitas Komik, doyan traveling di Komunitas Koteka dan lain-lain. Hingga saat ini 30an komunitas terbentuk di Kompasaiana atas dasar passion maupun wilayah seperti KBandung, Konek (Surabaya), Amboina (Ambon), Kudeta (Bali), Kjogja (Jogjakarta) dan lain-lain.
“Dengan komunitas semakin mengukuhkan aktivitas mereka, dan mudah diidentifikasi, baik oleh brand maupun pembaca,” jelas Isjet.
Mengingat kekuatan penting dari komunitas dan media social di era kekinian, sungguh langkah dan rencana yang patut dikembangkan dari Danamon. Bahwa kekuatan dan lekatnya ‘kepercayaan’ antar susun bangun anggota komunitas adalah sebuah modal yang patut dijembatani terkait kebutuhan akan perbankan. Aspirasi-aspirasi kebutuhan program perbankan yang sesuai kebutuhan akan mudah diserap. Seperti halnya dunia perbankan, bahwa modal kepercayaan adalah utama. Menjangkau komunitas yang telah solid adalah kolaborasi mutualisme yang sangat potensial dilakukan.
Dan pemanfaatan media social dalam era kekinian, hukumnya adalah wajib. Memangkas waktu, dan sesuai karakteristik era kekinian, yakni kecepatan. Bagaimana media social bisa digunakan sebagai sarana interaksi nasabah dengan bank demi service yang member kenyamanan dan membangun, merawat kepercayaan nasabah. Penting sekali. Jurus transformasi dan adaptasi yang sudah dimulai oileh Danamon menjadi senjata ampuh menghadapi zaman yang berubah. Zaman milineal. Mendudukkan nasabah sebagai mitra yang aspirasi kebutuhannya dapat dijawab oleh perbankan/ Danamon. Yang pada akhirnya mendudukkan posisi Danamon sebagai bank ‘pilihan’ nasabahnya, bukan karena ‘keterpaksaan’.
Patut digarisbawahi, slogan “Mantap Melaju” seperti dinyatakan Toni Darusman, Chief Marketing Officer Bank Danamon,adalah semangatDanamon untuk makin mantap memberi pelayanan terbaik dan melaju bersama-sama nasabahnya. Salam.
@rahabganendra