“Ayo dong kemarin teroris berulah di jalan Thamrin, lalu dibuat UU terorisme. Tapi kenapa kasus sianida ini adem-adem saja soal peraturannya, pengawasan distribusinya,” jelasnya.
Secara redaksionalnya, Berkas Kompas berniat bagaimana untuk mendorong pemerintah membuat regulasi baru. Namun pihaknya terkendala untuk melaporkan temuan-temuan dan fakta-fakta lapangan dikarenakan secara etika wajib menyembunyikan identitas narasumber, dalam kasus ini menyembunyikan perusahaan penjual natrium sianida. Sementara ketika datang ke kepolisian, pasti ditanyakan bukti.
“Ini yang membuat kami jadi bumerang tak ketemu benang merahnya, dan mendorong pemerintah untuk membuat regulasinya,” jelas Veronica.
Apa yang diharapkan dari pemirsa menonton program Berkas Kompas?
Veronica mengatakan bahwa Berkas Kompas sebagai program televisi melayani pemirsa. Pemirsa mendapat wawasan lebih luas, pemirsa mendapat sudut pandang lain yang tak diperoleh di media lain. Pihaknya akan senang jika ada pemirsa terinspirasi, terdorong melakukan sesuatu. Bahkan mungkin bisa mendorong kelompok masyarakat melakukan class action sehingga ada tindak lanjut kasus. Misalnya saja mengangkat ke dunia maya melalui media sosial.
“Kita mau mendorong negara dalam hal ini aparat, pemerintah, pejabat publik untuk melakukan sesuatu terhadap sebuah kasus yang kita kerjakan,” pungkas Veronica kepada Penulis di akhir acara.
@rahabganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H