Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bikin Pasar Apung di Pesing, Kenapa Tidak?

21 Desember 2014   03:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:50 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_342303" align="aligncenter" width="580" caption="Kali angke, indah juga yaaa. (Foto Ganendra)"]

14190804151491074815
14190804151491074815
[/caption]

[caption id="attachment_342304" align="aligncenter" width="580" caption="Murah saja hanya Rp. 1000,- sekali jalan. (Foto Ganendra)"]

14190804641302908808
14190804641302908808
[/caption]

Tentu bisa saja membangun pasar mentereng nan modern. Tapi untuk siapakah? Seperti banyak kasus terjadi seputar masalah pembangunan pasar, maka rakyat kecil menjadi korban. Pasar modern yang tentu harga sewanya juga ‘modern' alias mahal untuk ukuran pedagang kecil. Pasar akhirnya dikuasai oleh Kapital. Akhirnya konteks pasar rakyat pun akan tenggelam, hilang.

Pasar apung bisa menjadi salah satu obyek menarik. Bahwa di tengah-tengah metropolitan Jakarta, ada sisi kehidupan masyarakat yang unik untuk dilihat saat beraktivitas di pasar apung. Tak mudah memang mewujudkannya. Ada beragam masalah soal debit, pendangkalan yang perlu dilakukan pengerukan dan sebagainya. Juga soal tata kelola sampah ‘hasil' dari transaksi di pasar. Perlu dibikin sistemnya yang rapi dan cermat. Jika serius dilakukan, tentu bisa diatasi.

[caption id="attachment_342302" align="aligncenter" width="580" caption="Ilustrasi pasar apung/ terapung. (www.infobackpacker.com)"]

[/caption]

Disamping itu, tak menutup kemungkinan bisa digunakan untuk mengedukasi masyarakat yang berjualan disana. Edukasi tentang cinta lingkungan, menjaga kebersihan sungai, karena mereka menjadi merasa ‘memiliki' dengan ‘tinggal' di atasnya. Yang jelas upaya-upaya harus dilakukan demi kepentingan warga yang lebih luas. Jika pasar rakyat bisa dimiliki oleh rakyat, berkembang dan menunjang tingkat perekonomian masyarakat, mengapa tidak diupayakan upaya positif. Dan sebaliknya jika tidak dilakukan upaya, bisakah dibayangkan pasar rakyat di Pesing ini bisa tergerus lenyap karena tak terkelola dengan baik. Akhirnya pasar rakyat tempat bergantung sekian nyawa dari saudara-saudara kita yang merantau ke ibukota ini, bisa hanya tinggal nama. Jadi... "Kembalikan pasar ke rakyat!!" Hidup pasar Rakyat!! (eRGe)

@rahabganendra

Foto-foto kecuali Foto Ilustrasi pasar Apung (paling bawah) adalah dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun