Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Bersikap Kritis Terhadap Karya Sastra Horor Agar Tak Terjadi Pembodohan

7 Agustus 2024   12:20 Diperbarui: 7 Agustus 2024   12:51 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng pasca acara sastra horor, jumat 26 Juli 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Dokumen LITKOM.

Sunu menekankan pada penonton/  pembaca karya sastra horor bersikap kritis.    

Sebuah Kerisauan 

Mengikuti diskusi sastra horor ini, banyak memberi insight khususnya terkait dunia sastra horor dan budaya (Jawa).

Saya menyukai budaya, khususnya budaya Jawa. Mengingat saya lahir dan besar dalam keluarga adat Jawa. Meski bukan penganut Kejawen/ Kapitayan orang tuaku cukup lekat menerapkan kehidupan budaya Jawa.

Ibu selelu menggunakan jarik dalam berbusana. Sampai saat ini. Tak pernah menggunakan rok dan baju masa kini.

Ibu juga masih melakukan "ritual" bubur "abang putih" untuk anak-anaknya.

Saat saya kecil bapak sering mengajakku "jamasan" keris miliknya. Katanya keris "sipat pangandel" yang nantinya akan diturunkan kepada anaknya. Anak yang ditunjuknya. Mungkin saya karena saya anak laki satu-satunya hehe.

Dulu saya juga sering diajak "ambil pesaka" ke dukun kampung. Saat itu ya, saya memahaminya sebagai hal mistis. Antara takut dan penasaran.

Bapak juga suka memelihara burung perkutut sebagai simbol kemapanan pria Jawa. Bukan hanya seekor, dua ekor, hampir seratus ekor. Hingga semua harus dilepaskan saat marak flu burung.

Diskusi meja panjang sastra horor, jumat 26 Juli 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Dokumen pribadi.
Diskusi meja panjang sastra horor, jumat 26 Juli 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Dokumen pribadi.

Kini, saya menyukai isu-isu budaya. Tulisan tema budaya sering aku tulis. Tak terbatas budaya Jawa. Budaya Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun