Gula dan garam, merupakan ancaman besar bagi kesehatan tubuh bila dikonsumsi ugal-ugalan.Â
MAKANÂ gak enak rasanya kalau gak berasa manis, gurih, asinnya. Itulah gambaran betapa kuatnya keterikatan kita terhadap rasa makanan.
Sedemikian kuatnya, hingga kita sulit untuk mengonsumsi makanan tanpa rasa-rasa dari unsur gula dan garam. Unsur yang membuat ketagihan dan addick.
Padahal tanpa sadar, itu berpotensi menjadi cikal bakal benih penyakit, khususnya penyakit yang sifatnya jangka panjang, Sialnya, malah ppenyakit yang mematikan. Stroke, diabetes, jantung, dan lain-lain.
Kita tahu, sesuatu yang berlebihan itu tidak bagus. Begitu pun sebaliknya. Butuh keseimbangan. Termasuk soal keseimbangan konsumsi gula dan garam
Lalu bagaimana cara menekan, meminimalisasi konsumsi gula dan garam pada makanan yang kita konsumsi?
Saya selama ini menerapkan beberapa langkah sebagai warning agar gak terlalu berlebihan mengonsumsi gula dan garam. Cara yang saya terapkankan (paksakan) setelah makin aware terhadap kesehatan diri.
Cara ini bagi saya cukup efektif mengatur pola makan saya terhadap makanan mengandung gula dan garam. Mungkin teman-teman bisa menerapkannya. Atau bisa jadi cara kita sama. Simak ya.
Miliki Mindset tentang "Sakit" yang BenarÂ
Pernahkah Anda menemui orang yang berpandangan seperti ini, "Yang penting makan enak aja. Kalau sakit kan ada dokter."
Ada benarnya. Benar dalam arti, ya memang dokter bertugas sebagai pengobat penyakit.
Tapi, kalau saya, ya ogah mondar-mandir berobat gegara sakit. Coba bayangin, udah ngerasain sakitnya berlama-lama, bukan hanya ngerasain sakit raga tapi juga mental/jiwa. Sedih merana. Keluarin biaya pula. Rugi dong!
Ditambah lagi semua aktivitas apapun gak nyaman, makan gak enak, tidur tak nyenyak. Mau tersiksa begitu?
Lagi pula kalau berobat harus susah payah urus ini itu (kalau memakai asuransi pemerintah). Mau?
Nah mindset seperti itu harus kita buang jauh-jauh. Katakan pada diri sendiri, "Aku gak mau sakit. Aku mau sehat terus".
Mindset ini penting, agar dalam diri terpacu untuk memperhatikan setiap hal yang berkaitan dengan kesehatan diri. Termasuk soal asupan makanan. Bagaimana pun makanan memiliki andil dalam mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh.
Memperhatikan asupan makanan dengan segala kandungan di dalamnya seperti garam dan gula. Jika mindset kita sudah benar, pasti kita gak berani ugal-ugalan sembarangan makan makanan dengan kandungan gula dan garam berlebih.
Karena kita paham bahayanya dan gak mau jatuh sakit lalu direpotkan aktivitas berobat yang melelahkan jiwa raga.
Batasi Ngemil, Rajin Cek Ricek Kandungan Komposisi Makanan pada KemasanÂ
Bagi yang suka ngemil jajanan, seperti makanan ringan yang beragam rupa, batasi kebiasaan ngemilnya.
Jika pun ngemil jajanan itu, jangan malas cek ricek informasi kandungan pada kemasan.
Khususnya info soal kandungan gula dan garam.
Pasalnya snack/makanan ringan mayoritas dominan rasa gurih, asin dan manis. Itu yang membuat enak dan bikin nagih. Bikin makan gak berhenti.
Dengan cek komposisi, kita bisa berhitung menyangkut jumlah konsumsi kandungan gula dan garamnya. Lalu kita bisa mengatur seberapa banyak asupannya.
Jangan Makan Berlebih, Takar Asupan Makanan
Selain membatasi ngemil snack, penting untuk menakar porsi makanan besar/pokok. Besarnya porsi berbanding lurus dengan jumlah kandungan garam dan gula yang terkonsumsi.
Semakin besar porsi makan semakin besar pula kandungan gula dan garam yang kita makan.
Oleh karenanya batasi porsi makanan. Secukupnya saja. Jangan ikuti keinginan, karena keinginan tak ada batasnya.
Porsi sehat seimbang anjuran Kementerian Kesehatan cukup bagus diterapkan. Satu porsi terdiri dari, seperempat karbo/nasi, sayuran, lauk/protein dan buah. Seimbang.
Saat di rumah, saya sering atur makan begini; kalau makan makanan yang berbumbu, misal dari sayurnya, saya seringkali memakai lauk tanpa bumbu. Misalnya telur rebus, telur ceplok tanpa garam sama sekali (Saya suka banget telur). Karena rasa garamnya sudah ada pada sayurnya.
Demikian pun saat jajan di luar. Misalnya jajan nasi goreng, telurnya minta diceplok tanpa garam.
Atau saat minum, saya menjadikan air mineral sebagai kebutuhan pokok soal minum. Bukan minuman kemasan. The manis sebatas momen saja. Kopi pahit juga demikian. Sesekali saja minum minuman kemasan, atau pun soda. Biasanya saat bepergian. Pasalnya minuman kemasan itu kandungan gulanya sangat tinggi.
Begitupun saat makan buah-buahan, saya menghindari makan buah yang terlalu matang. Soalnya buah yang kematangan, kandungan gulanya juga turut bertambah.
Kendalikan Diri Terhadap Keinginan "Ngiler" MakananÂ
Saya memiliki teman yang keranjingan makan. Sukanya ingin makan mulu. Waktu jajan makanan, sudah pesan seporsi makanan, eeh liat menu makanan orang di seberang meja, kepengen juga. "Lapar mata". Jadilah pesan lagi menu lain.
Makan dan makan mulu, sangat berpotensi menumpuk gula dan garam dalam tubuh. Apalagi tidak diimbangi dengan aktivitas gerak yang memadai atau pun olahraga. Gak bahaya tha!
Jadi mengendalikan nafsu makan itu penting. Gak mudah tapi harus dilakukan. Bisa dilakukan bertahap. Kalau susah ya harus diimbangi olahraga yang cukup agar gula langsung terbakar menjadi energi.
Terapkan Puasa atau Intermittent Fasting (IF)
Puasa adalah cara paling efektif menekan gula dan garam. Mengingat saat puasa, kita "dipaksa" untuk tidak makan minum dalam jangka waktu tertentu. Selain utamanya demi alasan religius/pahala, puasa berperan penting menekan asupan gula dan garam.
Asal jangan saat waktu buka puasa, makannya ngamuk. Berlebihan. Bisa percuma tuh nahan lapar minum.
Saat puasa, perut tidak menerima asupan makanan, maka dia akan menyerap ketersediaan gula dan garam yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Otomatis, kandungan gula dan garam dalam tubuh semakin berkurang.
Atau metode yang ngetren saat ini, Intermittent Fasting (IF). Metode ini adalah menerapkan jam-jam tertentu untuk mengonsumsi makanan. Misalnya, jam makan malam dibatasi sampai jam 20.00 wi (8 malam). Esoknya makannya jam 10.00 atau bahkan jam 12.00 wib. Jenis dan porsi makanannya pun diatur khusus.
Nah itu tadi 5 cara ala saya untuk meminimalisasi asupan gula dan garam. Cara ini secara otomatis turut andil meminimalisasi kandungan unsur jahat lainnya.
Satu hal yang harus kita pahami untuk bisa melakukan cara intermittent fasting I atas a intermittent fasting alag, butuh niat yang besar agar muncul tekad yang kuat. Berani coba?
Salam sehat
@rachmatp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H