Berpijak dari hal-hal di atas, pola hidup sehat pun saya lakukan. Salah satunya dengan "memanage" pola makan dan asupan makanan (faktor kandungan dalam makanan) sekaligus mengontrol berat badan, melalui program diet.
Saya pun melakukan program diet. Dalam program diet itu salah satunya menekankan pada mengurangi asupan makanan yang mengandung karbohidrat (karbo), menambah asupan protein selain tentunya olahraga dan lainnya.
Mulailah saya berhitung kandungan karbo tiap mengonsumsi sesuatu, diseimbangkan dengan jumlah kalori.
Tentunya, saya harus mampu mengidentifikasi kandungan karbohidrat pada setiap bahan makanan. Nah, ada insttruktur program diet yang memberi wawasan soal tersebut.
Menurutnya, kandungan karbohidrat itu salah satunya bersumber dari bahan makanan nabati (tumbuhan). Beras, sayuran buah-buahan dengan jumlah kandungan yang berbeda-beda.
Intinya, sesedikit/ berapa pun jumlahnya, karbo tetap ada pada bahan makanan nabati. Pengecualian pada jamur.
Saya mulai mengurangi bahkan tidak konsumsi makanan nabati (mengcu pada kondisi medis) selama program. Â Asupan diutamakan kandungan protein. Juga memperhatikan cara pengolahan makanan.
Namun anjuran tidak mengkonsumsi karbo nabati itu tidak berlaku untuk jamur dan ... alpukat!
Jamur boleh dikonsumsi karena tidak mengandung karbo. Sementara alpukat meski ada kandungan karbo, namun memiliki kandungan lemak tak jenuh yang sangat bagus untuk tubuh, terutama yang sedang menjalani program diet.
Sejak saat itu, saya mulai membiasakan makan alpukat yang kemuian membuat saya menyukainya. Ternyata alpukat itu enak, lezat. Saya lebih suka mengkonsumsinya tanpa diolah. Gak mau diolah, misalnya menjadi juz minuman, dicampur dengan bahan lain, seperti susu, pemanis/ gula dan lain-lain.
Alasannya, saya ingin memperoleh manfaat alpukat secara optimal tanpa campuran bahan lain.