Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kiat Memilih Alpukat, Buah Lezat "Tersehat", Kaya Manfaat

15 Juli 2024   14:34 Diperbarui: 15 Juli 2024   14:48 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buah alpukat. Sumber Dokumen pribadi.

   

Salah satu hal ajaib buah alpukat adalah, kandungan lemak sehatnya. Kandungan yang menempatkan buah ini pada "strata" paling tinggi sebagai buah paling sehat dalam dunia "perbuahan".  

Bagi saya, anggapan di atas bukanlah hiperbola. Dulu saya bingung mencari-cari kenikmatan rasa saat makan alpukat. Gak ada manis-manisnya.

Oleh karenanya, alpukat tidak saya masukkan dalam daftar buah yang saya favoritkan.  Meski saya tetap mengkonsumsinya, bila tersedia. Tidak mencari-cari karena "butuh".

Namun lambat laun, justru kemudian alpukat yang saya tempatkan pada puncak daftar sebagai buah yang paling saya favoritkan. Alasannya?

Saya ceritakan di bawah ini.

Diet Karbo

Argumen yang rasional, saya peroleh, kala mengikuti sebuah program diet. Diet kesehatan seiring perkembangan kesadaran yang membuat saya makin "aware" terhadap gaya hidup sehat.

Kesadaran karena mendapati hasil kontrol rutin check up medis menyangkut hipertensi, tekanan darah, kolesterol, dan lain-lain, yang hasilnya mendeteksi, "lebih ini, lebih itu, kurang ini, kurang itu".

Kesadaran bahwa usia makin bertambah, tentu "onderdil" dalam tubuh juga mulai berkurang kemampuan daya fungsinya.

"Kalau gak lebih perhatian terhadap asupan makanan, bisa gawat ntar," pikirku kala itu.

Berpijak dari hal-hal di atas, pola hidup sehat pun saya lakukan. Salah satunya dengan "memanage" pola makan dan asupan makanan (faktor kandungan dalam makanan) sekaligus mengontrol berat badan, melalui program diet.

Saya pun melakukan program diet. Dalam program diet itu salah satunya menekankan pada mengurangi asupan makanan yang mengandung karbohidrat (karbo), menambah asupan protein selain tentunya olahraga dan lainnya.

Mulailah saya berhitung kandungan karbo tiap mengonsumsi sesuatu, diseimbangkan dengan jumlah kalori.

Tentunya, saya harus mampu mengidentifikasi kandungan karbohidrat pada setiap bahan makanan. Nah, ada insttruktur program diet yang memberi wawasan soal tersebut.

Menurutnya, kandungan karbohidrat itu salah satunya bersumber dari bahan makanan nabati (tumbuhan). Beras, sayuran buah-buahan dengan jumlah kandungan yang berbeda-beda.

Intinya, sesedikit/ berapa pun jumlahnya, karbo tetap ada pada bahan makanan nabati. Pengecualian pada jamur.

Saya mulai mengurangi bahkan tidak konsumsi makanan nabati (mengcu pada kondisi medis) selama program.  Asupan diutamakan kandungan protein. Juga memperhatikan cara pengolahan makanan.

Namun anjuran tidak mengkonsumsi karbo nabati itu tidak berlaku untuk jamur dan ... alpukat!

Jamur boleh dikonsumsi karena tidak mengandung karbo. Sementara alpukat meski ada kandungan karbo, namun memiliki kandungan lemak tak jenuh yang sangat bagus untuk tubuh, terutama yang sedang menjalani program diet.

Sejak saat itu, saya mulai membiasakan makan alpukat yang kemuian membuat saya menyukainya. Ternyata alpukat itu enak, lezat. Saya lebih suka mengkonsumsinya tanpa diolah. Gak mau diolah, misalnya menjadi juz minuman, dicampur dengan bahan lain, seperti susu, pemanis/ gula dan lain-lain.

Alasannya, saya ingin memperoleh manfaat alpukat secara optimal tanpa campuran bahan lain.

Saya lebih suka makan dengan cara simple saja. Alpukat dibelah menjadi dua bagian. Dibuang bijinya, lalu disendokin (dikeruk menggunakan sendok). Mirip cara makan telur asin. Tau kan?

Namun, saat mengeruk sebaiknya berhati-hati, jangan sampai mengenai kulitnya. Bisa berakibat daging alpukat terasa pahit. Jadi hati-hati ya.

Alpukat berkualitas bagus, selain dagingnya tebal dan empuk, tidak lengket pada kulit sehingga gampang disendokin.

Manfaat yang Terasa

Ternyata setelah menkonsumsi alpukat beberapa lama, saya bisa merasakan manfaatnya. Yang paling terasa adalah, alpukat itu bikin kenyang dan tahan lapar.

Sehari palingan satu buah alpukat ukuran sedang, tak  terlalu besar, pagi dan sore, cukup untuk membantu diet.

Alpukat membantu mengontrol berat badan agar tidak terlalu "kalap" makan makanan lain berkarbo tinggi.

Tentu saja, berkurangnya asupan karbo, berefek terkontrol juga gejala medis seperti kadar gula darah. Efek negatifnya, saya gak merasakan sama sekali.  

Kalau secara medis, alpukat itu banyak manfaat melawan beragam penyakit. Misalnya mencegah sembelit, menjaga kesehatan mata, jantung,  osteoporosis, kanker sampai menjaga kesehatan mental.

 Alpukat juga bagus untuk kesehatan kulit. Karena alpukat mampu meningkatkan elastisitas kulit, meredakan kulit berjerawat dan mencegah kulit kering.  

Ilustrasi buah alpukat. Sumber Kompas.com
Ilustrasi buah alpukat. Sumber Kompas.com

Memilih Alpukat 

Nah untuk mendapatkan manfaat optimal dan rasa alpukat yang lezat, harus dipilih yang berkualitas bagus. Pilih alpukat yang matang atau ranum namun tidak  kematangan.  

Sebaiknya tidak makan alpukat yang terlalu matang. Alpukat yang terlalu matang, muncul serat-serat berwarna agak kecokelatan. ini tandanya  alpukat hampir busuk. Serat ini menyebabkan alpukat berasa pahit.

Lagi pula alpukat yang matang, daging tidak keras. Daging yang keras, kenyal biasanya karena alpukat masih muda. Kurang matang. Tekstur daging keras akan berasa pahit. Lagi pula kulitnya susah dikelupas karena lengket dengan daging.

Pengalaman saya, memang gak mudah memilih alpukat matang dan bagus. Namun minimal bisalah mengetahui melalui tanda-tandanya.

Cara saya begini.

  • Goyang-goyangin aja alpukatnya, dengerin dan rasakan pantulan biji di dalamnya. Kalau terasa goyangan biji di dalamnya, berarti alpukat sudah matang.
  • Pilih alpukat yang kulitnya halus, licin mulus. Tidak ada bintik hitamnya. Bintik hitam ini kemungkinan lubang serangga. Bisa jadi kulit luar bagus, namun di dalamnya ada bercak-bercak hitam tanda membusuk.
  • Tekan badan alpukat. Jika terasa enpuk berarti sudah matang. Tapi bukan benyek ya. Kalau benyek, berarti kematangan membusuk.

Cukup simple kan?

Namun jika memang kita tak bisa memilih alpukat yang bagus, akan lebih aman kalau berlangganan pada penjual tertentu yang terpercaya.

Dengan menjadi langganan, maka kita akan mendapatkan alpukat yang bagus.

Rasanya penjual juga gak akan berani main-main menjual alpukat yang kurang bagus, kalau kita sering membeli di tempatnya.

Kiat Menyimpan Alpukat

Rutinitas mengkonsumsi alpukat, membuat saya harus menyetok alpukat di rumah. Kendalanya, alpukat itu merupakan jenis buah yang berubah dari sisi kematangannya, bisa busuk seiring waktu.

Ada titik kematangan tertentu, dimana alpukat paling bagus untuk dikonsumsi.

Oleh karenanya, kita harus pintar-pintar menyiasatinya agar bisa mengkonsumsi alpukat secara teratur dengan alpukat yang terjaga kualitasnya.

Sementara, gak mungkin dong sekali beli alpukat langsung dihabisin. Pasti ada sisanya untuk hari berikutnya.

Nah, kiat saya cara menyimpan alpukat di rumah, seperti ini.

  • Beli alpukat jangan banyak-banyak. Satu kilogram cukup untuk beberapa hari dengan tingkat kematangan yang berbeda-beda. Beli alpukat dengan tingkat kematangan untuk konsums hari ini, esok, lusa dan seterusnya. Jangan beli yang matangnya bersamaan. Kan makannya satu hari, satu alpukat.
  • Simpan di suhu ruangan. Taruh di tempat yang kering. Misalnya di atas meja. Geletakin saja gak apa-apa.
  • Jika alpukat sudah matang, namun waktu untuk makan masih esok atau lusa, boleh simpan di kulkas dulu. Pengalamanku, suhu dingin kulkas bisa memperlambat proses kematangan alpukat. Namun jangan sampai berhari-hari, bisa membusuk juga.  

Menanam Pohon Alpukat

Seiring kebiasaan mengkonsumsi alpukat, membuat saya termotivasi untuk menanam alpukat sendiri. Membayangkan saja, sepertinya menyenangkan  kalau bisa panen di tanaman sendiri.

Karena lahan terbatas, saya nanam dua pohon saja. Buat punya-punyaan saja. Beli bibit via marketplace banyak. Harga tergantung jenis alpukat. Saya membeli alpukat alligator seharga Rp 50an ribu, setinggi 30 an cm.

Sekarang alpukat saya, berumur jalan dua tahun. Tinggi hampir dua meter. Belum berbuah.

Seorang kawan di Kalimantan Selatan yang punya usaha jual bibit pohon, menyarankan tips merawat pohon alpukat.

  • Kasih pupuk seminggu sekali. Saatnya tiba kasih pupuk untuk mengakselerasi pembuahan.
  • Lakukan pruning atau pemangkasan pada cabang pohon dari batang utama. Tujuannya pohon bisa tinggi. Tidak kegemukan. Jika tinggi sekitar 3 meter, bagian atas baru boleh dipangkas.
  • Lakukan penyiangan, penyiraman secara berkala.

Nah demikian pengalaman saya. Saat ini saya tetap mengkonsusmsi alpukat. Buah tersehat yang menjadi buah terfavorit saya. Gimana dengan anda?

Semga sharing pengalaman saya ini bermanfaat ya. Salam.

@rachmatpy 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun