Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengulik Kujang Pusaka Bareng Abah Wahyu, Satu-satunya Pengrajin Kujang di Bogor

11 Juni 2024   22:46 Diperbarui: 20 Juli 2024   03:22 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan Kujang di Paneupaan Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)

Terhitung hingga 8 Juni 2024, ada 1356 buah kujang pusaka/ ageman yang telah dibuat sosok pengrajin kujang satu-satunya di Bogor, Jawa Barat ini. Kujang bikinannya dikoleksi sejumlah pejabat mulai dari Walikota, Gubernur sampai mantan Panglima TNI, Moeldoko. Bahkan "kujangnya" menembus pemesan dari Asia, Amerika hingga Eropa. Dialah Wahyu Affandi Suradinata yang dikenal dengan nama Abah Wahyu Kujang atau Aki Wahyu Kujang. 

Tonton Videonya: Jalan Sunyi Pembuat Kujang Pusaka Sunda

Aku dan mungkin sebagian orang mengenal kujang  sebatas kulitnya saja. Tahu sebatas kujang sebagai salah satu simbol "senjata" (padahal utamanya bukan), dalam budaya Sunda. 

Ternyata kujang banyak jenisnya dengan ragam makna luhur.

 Ada Kujang Ciung, Kuntul, Jago, Naga, Bangkong, Badak, Wayang. Kujang, era dulu dan sekarang banyak difungsikan sebagai "pusaka, ageman".

Lalu apa itu Kujang Pusaka? Sebenarnya apa fungsi kujang? Kujang jenis apakah yang diproduksi Abah Wahyu?

Pertanyaan-pertanyaan itu terjawab lewat obrolan bareng Abah Wahyu di rumahnya, tak jauh dari bengkelnya di samping Sungai Katulampa, Bogor, Jawa Barat. Simak ya.

Abah Wahyu, Satu-satunya Pengrajin Kujang di Bogor 

Sosok pria berusia 72 tahun itu, sedang menata puluhan "kujang setengah jadi" bikinannya, saat aku mengunjungi "bengkel kujang" miliknya pada Sabtu 8 Juni 2024.

Penulis bareng Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Penulis bareng Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)

Bengkel yang dikenal dengan nama Paneupaan Kujang Pajajaran milik Abah Wahyu itu berada persis di samping Sungai Katulampa, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat.

Abah Wahyu tidak sendiri, ada 2 pemuda, karyawannya yang membantunya.  Merekalah yang membantu menggerinda, menghaluskan kujang dan lain-lain. Sementara, Abah Wahyu yang menempa, dan membentuk logam mentah menjadi bentuk kujang. Pasalnya, menempa kujang tidak boleh sembarangan.

Abah Wahyu selalu berpegang pada "tetekon" atau aturan adat budaya Sunda dalam pembuatan kujang pesanan, khususnya Kujang Pusaka/ Ageman. Itu sesuai dengan pesan guru budaya Abah Wahyu yang bernama Anis Jati Sunda.

Kujang di Galery Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Kujang di Galery Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)

Pemesan tidak bisa menentukan jenis kujangnya apa. Tapi Abah Wahyu yang menentukan kujang apa yang cocok (termasuk menentukan nama kujang) bagi pemesannya. Harus diketahui dulu, data pemesan seperti nama aslinya, nama bapaknya, hari lahir, dan profesi.

Selain itu dalam persiapan membuat Kujang Pusaka, Abah Wahyu harus dalam kondisi puasa, sesuai dengan aturan adat. Abah Wahyu biasanya menyesuaikan dengan puasa sunah, yakni puasa pada hari Senin dan Kamis. Di kedua hari itulah, Abah Wahyu biasa melakukan penempaan pertama untuk membuat kujang Pusaka. 

Untuk kujang jenis lain, seperti kujang aksesoris tidak dilakukan persiapan seperti puasa.

Melihat proses pembuatan kujang di bengkel Abah Wahyu, sepertinya tidak rumit. Namun butuh waktu. Sejak 2 tahun lalu, sudah menggunakan alat mekanik penempa logam, besi dan baja, yang membuat penempaan lebih cepat dan mudah.  Alat itu bantuan dari sebuah kampus di Bogor.

Sayangnya peminat pembuat kujang sampai saat ini, hampir tidak ada. Meski bengkel dan gallery Abah Wahyu banyak dikunjungi generasi muda, seperti mahasiswa dan pelajar. Itu membuat Abah Wahyu prihatin. Padahal kujang adalah kearifan lokal peninggalan leluhur budaya Sunda yang harus dilestarikan. Hingga saat ini Abah Wahyu merupakan satu-satunya pengrajin kujang yang ada di Bogor.

Menemukan Kujang Peninggalan Era Pajajaran

Ada pertanyaan menarik, mengapa Abah Wahyu bertahan membuat kujang dan menjadikannya sebagai profesi?

Sebagai orang asli dari suku Sunda dan kecintaan pada budaya Sunda membuat Abah Wahyu tergerak mempelajari tentang kujang. Apalagi dipicu oleh pengalamannya menemukan sebuah kujang di Muara Sukawayana, Cisolok, Sukabumi pada akhir tahun 1993. 

Kujang  yang ditemukannya itu menurut gurunya, merupakan kujang yang pernah dipakai para bupati Pajajaran. Kujang itu masih disimpannya sampai saat ini.

2 tahun setelah penemuan kujang itu, tepatnya tahun 1995, Abah Wahyu mulai melirik pembuatan kujang, meski diawali dari hobi saja. Kujang bikinan Abah Wahyu, awalnya hanya dikasih ke teman-temannya yang pesan. 

Saat itu Abah Wahyu masih mengajar di sebuah sekolah dan memanfaatkan fasilitas alat-alat di sekolah untuk menempa logam menjadi kujang.

Bengkel Paneupaan Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Bengkel Paneupaan Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Hingga 10 tahun membuat kujang, baru dikomersilkan pada tahun 2005. Seiring adanya teguran dari guru budayanya, Anis Jati Sunda, yang menganjurkan untuk meminta biaya sebagai pengganti bahan, listrik dan tenaga. Pengganti modal, begitu kira-kira.

Sejak saat itu, Abah Wahyu memutuskan untuk berhenti mengajar di sekolah dan menjadikan pembuatan kujang sebagai profesinya.

Terhitung sudah 29 tahun lamanya, Abah Wahyu menggeluti pembuatan kujang.   

Kujang Bukan Senjata?

Awalnya aku menganggap kujang adalah senjata bagi budaya Sunda. Ternyata tidak tepat. Karena yang menjadi senjata berperang bagi orang Sunda adalah tombak, panah dan tulup atau sumpit.

Kujang memiliki fungsi berbeda. Meski bisa juga digunakan sebagai senjata bela diri saat terdesak. Menurut Abah Wahyu, zaman dulu kujang memiliki 4 fungsi.

Fungsi yang pertama, kujang sebagai pusaka/ ageman. Makanya kujang dIbuat sebagus mungkin. Mata kujang bahkan dibubuhi emas. Fungsi kedua, adalah sebagai alat beladiri kalau terdesak. 

Fungsi ketiga untuk upacara adat dan keagamaan. Lalu fungsi terakhir sebagai pemangkas semak belukar di tanah yang dijadikan huma/ ladang.

Zaman sekarang, kujang masih difungsikan sebagai pusaka.

Ada banyak jenis kujang. Namun Abah Wahyu hanya membuat 7 jenis kujang pusaka, yakni kujang Ciung, Kuntul, Jago, Naga, Badak, Bangkong dan Wayang.  

6 jenis kujang yang kusebut di depan tertulis dalam Pantun Bogor.. Sementara Kujang Wayang tidak tertulis, namun hasil kesepakatan para akademisi.

Abah Wahyu hingga saat ini sudah membuat kujang pusaka sebanyak 1356 buah dengan beragam mata kujang. Pemesannya bukan hanya orang Sunda, namun ada orang Batak, Aceh, Bali dan lain-lain.

Bagian kujang yang berlubang kecil-kecil itu namanya mata kujang, Mata inilah yang menentukan derajat pemiliknya. Makin banyak mata, makin tinggi derajatnya.

Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Sebagai contoh, kujang Ciung mata tiga simbol para Puun, ketua adat, Kania (gadis Pajajaran).

Kujang Kuntul mata empat simbol patih dan menteri. Kujang Jago mata mulai 4, 6, 8 simbol para Balapati atau Panglima perang.

Kujang Naga, mulai mata 2, 4, 6, 8 simbol para Kanduru atau orang kepercayaan raja atau bupati.  Kujang badak mata 2 simbol prajurit. Kujang Bangkong mata 1, 3, 5, 7, 9 simbol para guru. Guru sekar, guru  karawitan, pendidik.  

Sementara Kujang wayang, sebenarnya tidak ada tertulis simbolnya apa karena tidak tertulis di Pantun Bogor.

Abah Wahyu berpendapat, Kujang Wayang dIbuat para empu di Cirebon. Dugaan Abah Wahyu, itu simbol penyebaran Islam masuk ke tanah Sunda. Mengingat Sunan Kalijaga menyebarkan Islam melalui wayang.

Sang Pelestari Kujang 

Mengingat Abah Wahyu adalah satu-satunya pengrajin kujang yang masih bertahan membuat kujang di Bogor, rasanya, tak berlebihan kalau aku sebut, beliau adalah pelestari kujang.

Produktivitas produksi kujang pusaka sebanyak 1356 kujang menyiratkan bahwa kujang bikinan bapak 6 anak dan kakek 4 cucu itu telah dikenal banyak orang.

Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)
Kujang Pajajaran Abah Wahyu di Bogor. (Foto dokpri)

Pemesannya tersebar di penjuru tanah air bahkan dunia. Dari berbagai kalangan, mulai dari pecinta budaya sampai para pejabat.

Pada usia 72 tahun, Abah Wahyu terus berkarya menjaga eksistensi kujang. Demi harapan Kujang tak hilang dari catatan sejarah budaya Sunda. 

Gelora asa Abah Wahyu membuat kujang, tak pernah mati. Meski tak mudah, harapan pada generasi penerus untuk mencintai kujang, selalu digaungkannya.

Kita pasti bersepakat, Kujang sebagai peninggalan leluhur budaya Sunda, selayaknya dirawat kelestariannya. Terawat eksistensinya dari generasi ke generasi. Tak lekang oleh zaman, tak hilang ditelan peradaban. Semoga.

Paneupaan Kujang Pajajaran Abah Wahyu (Wahyu Affandi Suradinata)
Jl. Parung Banteng No.120, RT.04/RW.01, Katulampa, Kec. Bogor Tim., Kota Bogor, Jawa Barat 16144

@rahabganendra
@rachmatpy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun