Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memetik Hikmah dari Jejak Kolonial, Melalui Peninggalan Bersejarah

2 Desember 2023   21:20 Diperbarui: 20 Juli 2024   03:34 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak kolonial di Museum Prasasti, Jakarta Pusat. Dokpri.

Kita bisa mempelajarinya dari buku-buku sejarah, dan benda-benda bersejarah riil dalam museum bisa menegaskan semua "bayangan" kita tentang masa-masa peristiwa itu terjadi.

Untuk apa?

Media pembelajaran. Dengan belajar sejarah memberikan pendidikan untuk masa depan. Peristiwa yang terjadi masa itu, memberi bekal pengalaman berharga guna menata diri menghadapi masa mendatang. Bukankah pengalaman itu mahal harganya (nilai)?  

Pada sebuah gedung, di Jalan Kenari II No. 15, Jakarta Pusat kita bisa belajar sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Di rumah yang dihibahkan oleh Mohammad Hoesni Thamrin  itu kita belajar tentang nilai-nilai kejuangan Indonesia serta menginformasikan Jakarta sebagai kota Joang, melalui banyak koleksi benda-benda yang dipamerkan dan diorama yang menceritakan kehidupan dan peristiwa yang dialami oleh sosok yang ditakuti Belanda.

Kisah-kisah perjuangan yang tersimpan rapi dalam gedung yang ditetapkan sebagai museum pada tanggal 11 Januari 1986 silam itu.

Pada komplek "pesarean" atau pemakaman mewah  khas arsitektur Belanda, tertinggal jejak-jejak kolonial,dimana Batavia menjadi Kawasan pendudukan kolonial Belanda. Makam-makan bermonumen itu tersimpan "membisu" di Museum Prasasti Kawasan Tanah Abang Jakarta Pusat.

Terbengkalai Bersama Kisah Masa Lalu yang Berserak, Gimana? 

Sayangnya, beberapa lokasi bersejarah yang menyimpan jejak-jejak kolonial Belanda itu, tidak semua terkelola dengan baik. Cenderung mempriharinkan, meski sebagian sudah masuk kawasan cagar budaya. Padahal, peninggalan bersejarah itu, memuat kisah-kisah lokal setempat yang menjadi bukti sejarah. 

Sebut saja bangunan bersejarah di Depok, yang dikenal dengan sebutan  Rumah Tinggi. Lokasi di Kawasan pemukiman penduduk itu, tidak bernasib baik, terbengkalai meski masuk cagar budaya.

Jejak keluarga Belanda, van Motman yang tersimpan dalam bangunan mausoleum van Motman di Kampung Pilar, Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, bernasib serupa. Saking kurang terawatnya disebut-sebut menjadi kawasan "angker". Meski jejak keluarga ini  ada yang tersimpan rapi di Museum Prasasti Jakarta.

Mausoleum Van Motman di kawasan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.  Foto umumsekali.com
Mausoleum Van Motman di kawasan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.  Foto umumsekali.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun