Suatu saat putrinya mencorat coret tembok kamar, menggambar sebuah kapal laut dengan sayap kupu-kupu di tepi pantai sebuah pulau. Nampak di pulau dengan pepohonan yang rindang itu beberapa wujud manusia dan kupu-kupu yang seakan melakukan aktivitas.Gambar memakai warna warni sepidol dan juga krayon yang tak trlalu sempurna bentuknya, namun dapat tertangkap kesan setiap wujut coretannya. Kapal laut berwarna hitam dengan layar sayap kupu-kupu berwarna warni, biru, merah, kuning, oranye nampak memenuhi bagian atas dari kapal tersebut, di pinggir-pinggir kapal itu terdapat bebatuan yang dimaksudkan sebagai karang dipakainya warna coklat dan abu-abu. Pepohonan yang kuning dan hijau, wujut manusia dengan kepala dan tupuh berbagai ukuran, kupu-kupu yang berterbangan, ada yang hinggap di bahu beberapa manusia, hinggap di patang-batang pohon.
Ketika sang ayah mendapati coretan putrinya, sempat sangat gusar.
"kenapa di tembok? Kan Ayah sudah belikan kamu buku gambar!, ini kalau kamu merasa kurang besar ukurannya", suara bernada tinggi di suatu malam saat pulang dari bekerja.
"A..A..Ayah itu gambar kapal dengan layar kupu-kupu, cerita yang pernah Ayah bacakan untukku tapi tak Ayah selesaikan", Putrinya menjawab dengan terbata.
"Kapal itu tak menemukan pulau di timur, tapi terdampar di sebuah pulau yang tak ada penghuninya, mereka akhirnya tinggal dan hidup di pulau itu, Red Lecewing menikah dngan Firda dan juga beberapa kupu yang lain dengan manusia-manusia lain, mereka punya anak masing-masing yang memiliki sayap kupu-kupu, Ayah tak perlu menyelesaikan cerita lagi karena aku sudah menyelesaikannya", anak perempuan itu bercerita mengenai gambar yang dinilai sang Ayah hanya coretan yang mengotori tembok.
Merasa tak ingin merepotkan sang Ayah untuk menyelesaikan isi buku. Akhirnya dibuatnya sendiri akhir ceritanya sesuai yang dibayangkan. Kapal dengan sayap kupu-kupu itu akhirnya tak mengalami paceklik lagi dan para manusia dapat mengembangkan berbagai penemuan-penemuan baru walau tak menemukan pulau yang dimaksud dan tak dapat kembali di negeri asal mereka akibat kapal yang berwarna hitam.
Sang Ayah yang tiba-tiba teringat janjinya di malam dengan gerimis sepanjang hari, hanya dapat memandang dan memeluk putrinya yang kini berseragam merah putih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H