Mohon tunggu...
Rafika Anggraeni
Rafika Anggraeni Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Kata orang sich seniman, yang suka nyusun kata-kata untuk maksud apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dongeng Sebelum Tidur

29 Mei 2019   01:07 Diperbarui: 29 Mei 2019   01:11 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melihat sang Putri tercinta sangat antusias memperhatikan ceritanya, sang Ayah semakin bersemangat.

"Bagaimana para kupu itu dapat saling berjabat di atas sana dan menjadi yang siap menangkap angin demi laju sebuah kapal. Beberapa waktu sebelum arung samudra dijalankan, di sebuah negeri kupu-kupu, terjadilah pertemuan besar untuk membicarakan paceklik di negeri itu. Tanaman-tanaman yang setiap pekan menghasilkan bunga-bunga cantik dengan sarinya yang manis, sudah jarang tumbuh dan menghasilkan kuntum bunga. Sehingga penduduk negeri kupu-kupu menjadi sangat hemat mengkonsumsinya, dan hal itu akan berpengaruh pada tingkat reproduksi mereka. Penduduk negri kupu sudah beranjak menua sedangkan kupu baru hanya setiap tahun saja terlahir itu pun tak banyak jumlahnya, lalu yang menua akan beranjak mati, negeri kupu terancam musnah",

"Salah satu anggota dalam pertemuan itu mengusulkan agar diadakan expedisi untuk mencari tanaman baru yang memiliki bunga indah, dan memiliki daya tahan lebih di cuaca apapun agar dapat ditanam di negeri kupu",

""aku pernah mendengar ada negeri nun jauh di sana yang memiliki tanaman yang tumbuh subur dan bunga-bunga yang indah, kita harus kesana, negeri kita sudah semakin paceklik, kita semakin menua tapi kupu-kupu muda tak selalu terlahir. Kita terancam musnah", begitulah satu anggota itu berpendapat dengan penuh semangat. Anggota yang lain mendengar dengan seksama, disertai anggukan dan expresi wajah yang berfikir keras",

""Tapi kita tak memiliki armada yang handal dan tak mengerti ilmu astronomi, yang ada kapal kita karam hanya sesaat setelah meninggalkan pantai", angggota yang lain akhirnya menanggapi, menyampaikan kegelisahannya bila rencana itu disetujui",

""Bunga-bunga sudah enggan mekar, tanah kita sudah tak segembur dulu, kita sudah mengusahakan berbagai cara agar tanah tetap bisa menumbuhkan, tapi..."",

Selayak aktor, sang Ayah seakan dapat menghidupkan karakter kupu-kupu yang saling berebut suara. Kupu-kupu dalam gambar di buku seolah nyata beterbangan memenuhi kamar. Putrinya makin serius memperhatikan Ayahnya membawakan cerita, dan tanpa sadar mulai menguap.

""Ulat-ulat menjadi tak dapat berproses dengan sewajarnya lantas mati".

"Suasana di ruangan pertemuan menjadi gaduh seketika, seperti lebah mendengung. Masing-masing anggota mencoba berkomentar dan menyampaikan isi kepalanya", sang Ayah melanjutkan.

""Duk..duk.duk..", ketua pertemuan memukul palu tiga kali untuk menenangkan gaduh agar anggota dalam kendali. Harus ditemukan jalan keluar secepatnya agar paceklik dapat diatasi dengan segera, begitulah fikir sang ketua",

"Sementara dibelahan lain, di negeri manusia, ilmuwan dan negarawan sedang mengalami paceklik pula, ingatan para penghuninya tak pernah bisa bertahan lama. Walau sudah mencatat pada batang-batang pohon, lembaran kertas, dan mengukir di bebatuan, tetap saja menjadi lupa saat memulai mengingat maksud dari tulisan-tulisan tersebut",

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun