Tidak perlu malu untuk aktif menjaga lingkungan dan iklim. Kepentingan untuk orang banyak pada akhirnya juga akan berdampak kepada kepentingan diri sendiri. Kita harus menjadi agen perubahan untuk lingkungan. Menerapkan zero waste di lingkungan wihara. Peduli lingkungan, hidup akan lebih baik dan berhenti mengeluh kemudian ciptakan lingkungan yang lebih baik.
Narasumber 7 Â Â Â Â Â Â Â Â : Bapak Js. Yugi Yunardi, S.PT., M.Ag yang menjabat sebagai Pramubakti Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu, Kemenag RI
Disampaikan materi mengenai Literasi Iklim Dalam Perspektif Khonghucu. Terdapat konsep Sancai pada pandangan khonghucu yaitu memuliakan hubungan dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia.Â
Bencana dalam perspektif khonghucu, di dalam agama khonghucu bencana itu ada yang ujian dari Tuhan dan ujian karena ulah manusia sendiri. Ujian dari Tuhan dapat dihindari tapi ujian yang dibuat sendiri tidak dapat dihindari. Banjir dan longsor adalah salah satu contoh kesalahan manusia yang tidak mempedulikan alam.Â
Bencana merupakan ujian keimanan sekaligus kesabaran dalam rangka sebagai penyadaran dan intropeksi diri untuk lebih dekat dengan Tuhan. Agama Khonghucu mengajarkan untuk berperilaku cinta kasih kepada sesama, penanganan bencana adalah masalah kemanusiaan maka tidak boleh pandang bulu. Jika ingin menolong jangan membedakan dari agama, suku, ras, dan golongan.
Penyampaian resume  : Bapak Hary Tirto Djatmiko yang menjabat sebagai Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara
Alam adalah makhluk Tuhan yang perlu dimuliakan sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya dan manusia memiliki tugas untuk pemuliaan tersebut. Kehidupan manusia dengan aktivitas yang tidak terkontrol untuk kepentingan ekonomi menyebabkan pengurasan SDA dan perusakan alam sehingga menyebabkan ketimpangan kesetimbangan alam dan sosial atau rusaknya ekosistem. Perubahan iklim merupakan konsekuensi dari kompetisi ekonomi dan ekosistem yang terwujud dalam bentuk kejadian ekstrim hidrometeorologis yang meningkat intensitas maupun frekuensinya yang dibarengi kerusakan lingkungan yang memperparah krisis iklim.Â
Penanganan krisis iklim, perlu dilakukan melalui pendekatan agama seperti khutbah dan penerbitan fatwa agama terkait pemuliaan alam juga pelatihan dengan kompetensi dakwah lingkungan. Telah di inisiasi gerakan lintas agama untuk lingkungan dan iklim dan perlu dilakukan mobilisasi ormas keagamaan untuk lingkungan hidup dan iklim. BMKG menyiapkan informasi sistem peringatan dini multi bencana (MHEWS).Â
Layanan informasi iklim untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sangat penting dan bermanfaat dengan dukungan koordinasi semua lintas sektor.Â
Literasi iklim ditujukan pada Generasi Muda dan komunitas. Aksi Pro Iklim oleh agen perubahan lintas agama. Mengaktifkan komunitas akar rumput. Generasi muda dan kelompok agama menjadi motor penggerak dalam memberikan advokasi perubahan iklim.Â
Hampir semua agama memiliki konsep luhur dalam hal hubungan dan pemuliaan alam-lingkungan. Sudah ada inisiasi dan praktik di masing-masing kelompok agama dan ormas-ormas agama dan kepemudaan dengan pelibatan aktif komunitas atau masyarakatnya. Untuk itu diperlukanlah forum bersama yang menjadi ruang berbagi dan bekerjasama dalam kerangka kerjasama pentahelix.