Silakan tafsirkan maknanya sendiri
Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebuah kalimat hafalan
"Ini kan secara nasionalisme?"
Ok, jika ditelusuri dalam konteks agama, Tuhan juga telah mengingatkan kita bahwa kita terlahir dengan perbedaan. Penulis mengutip ayat dari Surah Al-Hujurat ayat 13 yang artinya,
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. ......"
Penulis yakin pada literatur agama lain juga terdapat dalil yang mengajarkan hal yang sama.
Berdasarkan ayat yang penulis kutip, kita terlahir sebagai makhluk yang heterogen untuk mengenal satu sama lain. Kita tidak diciptakan untuk saling mencela, mencaci-maki, menghujat, julid dan lain sebagainya. Kita harus menerima perbedaan dengan bijak.
Bagaimana konteksnya saat ini?
Di zaman kontemporer ini, kita dihadapkan pada situasi ketika perbedaan terkadang menjadi polemik. Perbedaan itu utamanya karena berbeda cara pandang, sikap politik, SARA, unsur identitas dan lain-lain. Terkadang jika ada yang memiliki cara pandang yang beda, kita merasa ngeh atau gatal. Terkadang ada tindakan atau ucapan oknum tertentu yang menuai permasalahan karena interpretasi yang berbeda. Terkadang kita bersikap subjektif dengan hal-hal tersebut.
Dalam konteks agama juga demikian. Ada yang memiliki paham agama yang berbeda, ada yang menganut mazhab atau aliran tertentu, ikut ormas tertentu. Ketika dijumpai suatu konteks, ada yang mengambil pendapat ulama A, ada juga yang mengambil pendapat ulama B yang berbeda dengan ulama A.Â
Tak jarang ini menjadi sumber keributan. Â Ada sebagian orang yang menyalahkan prinsip penganut mazhab lain, membandingkan ajaran A dan B. Penganut kelompok A berselisih dengan kelompok B dengan melontarkan argumennya masing-masing. Padahal akidahnya sama, padahal beriman dengan pembawa ajaran yang sama.
Esensinya, dalam internal agama sendiri pun terdapat perbedaan-perbedaan yang jika ditelusuri kembali mungkin karena konteks atau pemahaman yang beda. Dari sumber atau literatur yang sama, terdapat berbagai macam penafsiran. Ada yang menafsirkan berdasarkan makna harfiah. Ada yang menafsirkan berdasarkan logika. Ada yang menafsirkan berdasarkan riwayat. Ada yang menafsirkan berdasarkan konteks. Yang lebih bijak lagi, ada yang memadukannya dengan khazanah pengetahuan yang dimiliki dan mengharapkan petunjuk dari Tuhan.