Opini ini penulis tulis bukan untuk mengklaim diri paling benar. Opini ini ditulis untuk menyalurkan aspirasi dan inspirasi.
Jika ditanya kepada anak SD, "Apa semboyan negara kita?"
"Bhinneka Tunggal Ika!"
"Seratus untuk Ananda semua!"
"Yeeeeay!"
Ya, sejak bangku esede kita diajarkan bahwa semboyan bangsa kita adalah Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah berarti "berbeda-beda tetap satu jua". Kita juga diminta menghafal sila-sila Pancasila, bahkan ada juga yang menghafal butir-butir nilai Pancasila (jika ditanya kepada orang tua atau Generasi X mungkin mereka mengiyakan).
Sebuah pertanyaan,
"Apakah kita selama ini sekadar menghafalnya?"
Sesuatu yang menjadi prinsip tidak bisa hanya dihafal. Jika kita ingin berpikir lebih jauh lagi, sesuatu yang baik harus diamalkan. Ya, banyak yang bilang ilmu dituntut untuk diamalkan.
Ini sama halnya dengan semboyan bangsa kita,. Secara eksplisit telah tercantum pernyataan bahwa kita sebagai bangsa yang besar harus mampu bersatu di atas berbagai macam perbedaan yang ada. Ada pun secara implisit kita telah dianugerahi berbagai macam perbedaan. Jangankan di dalam masyarakat, walau pun seibu seayah kita tetap memiliki perbedaan dengan saudara kandung kita. Walau pun senenek/kakek kita tetap memiliki perbedaan dengan sepupu kita, dengan paman kita, dengan bibi kita.
"Kita memiliki perbedaan dengan ....", bukan "kita berbeda dengan ....."