Laut Cina Selatan (LCS) merupakan salah satu wilayah yang paling strategis di dunia,
baik dari segi ekonomi maupun geopolitik. Sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT)pada tahun 1947, batas-batas wilayahnya menjadi tidak jelas, yang mengakibatkan sengketateritorial yang berkepanjangan dengan negara-negara tetangga (Johannes, 2023).Â
Ketegangan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan bilateral antar negara, tetapi juga berpotensi mengganggu stabilitas regional dan global.Selain itu, Laut China Selatan menyimpan cadangan besar minyak dan gas alam,menjadikannya pusat perebutan kepentingan oleh berbagai negara, termasuk Tiongkok, Vietnam,Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
Konflik ini semakin rumit dengan klaim Tiongkok terhadap hampir seluruh wilayah LCS berdasarkan Nine-Dash Line, yang tidak diakui secara internasional. Selain negara-negara kawasan, aktor eksternal seperti Amerika Serikat, Jepang,dan Australia turut terlibat, meningkatkan dinamika geopolitik kawasan
Artikel ini menganalisis
faktor-faktor geopolitik yang memengaruhi konflik di Laut China selatan serta dampaknya
terhadap stabilitas kawasan dan dunia.
Latar Belakang Geopolitik
Sengketa di Laut China Selatan ini lah tidak baru terjadi.konflik ini telah berlangsung
selama beberapa dekade. Pada tahun 1974, Tiongkok dan Vietnam terlibat dalam pertempuran di Kepulauan Paracel, yang berakhir dengan penguasaan Tiongkok atas pulau tersebut.Â
Selanjutnya,pada tahun 1988, Tiongkok dan Vietnam kembali berkonflik di Spratly, yang mengakibatkanjatuhnya korban jiwa (Hayton, 2014). Sejak saat itu, ketegangan terus meningkat, dengan berbagai negara mengklaim hak atas wilayah yang sama dan hal ini semakin diperburuk dengan kebijakan kebijakan agresif dari china
Kekayaan sumber daya alam di Laut Cina Selatan, termasuk minyak, gas, dan perikanan,
menjadi faktor utama dalam konflik ini. Menurut Toruan dan Theodorus (2020), persaingan untuk menguasai sumber daya ini telah memperburuk ketegangan antara negara-negara yang mengklaim wilayah tersebut. Sumber daya ini tidak hanya penting untuk ekonomi lokal, tetapi juga memiliki dampak global.
Laut China Selatan kaya akan sumber daya alam yang menjadikannya sebagai jalur
perdagangan penting bagi banyak negara (Johannes, 2023).Â
Menurut Hayton (2014), sekitar 30%
dari perdagangan global melewati wilayah ini, menjadikannya sebagai salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Klaim teritorial yang diajukan oleh RRT melalui Sembilan Garis Terputus (Nine-Dash Line) telah menjadi sumber konflik utama. Garis ini pertama kali muncul pada tahun 1947 dan digunakan oleh RRT untuk mengklaim hak atas Kepulauan Paracel dan Spratly, yang juga diklaim oleh negara-negara ASEAN
Dinamika geopolitik
Ketegangan di Laut China selatan semakin meningkat dengan kehadiran pangkalan militer Tiongkok yang dibangun di wilayah tersebut. Pangkalan ini tidak hanya meningkatkan ketegangan dengan negara-negara ASEAN, tetapi juga memicu kekhawatiran akan perlombaan senjata di kawasan (Johannes, 2023).Â
Angkatan Laut Amerika Serikat secara berkala melakukanoperasi kebebasan pelayaran untuk menentang klaim Tiongkok, yang semakin memperburuksituasi (Johannes, 2023).Â
Menurut Kaplan (2014), kehadiran militer Tiongkok di LCS berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan di Asia Tenggara Situasi ini semakin di perparah dengan Amerika Serikat memainkan peran penting dalamdi Laut China Selatan Dengan kebijakan "Pivot to Asia," AS berusaha untuk memperkuat kehadirannya di kawasan dan mendukung negara-negara yang terancam oleh ekspansi Tiongkok(Kaplan, 2014).Â
Operasi kebebasan pelayaran yang dilakukan oleh Angkatan Laut AS bertujuanuntuk menegaskan hak navigasi di perairan internasional dan menentang klaim sepihak Tiongkok (Johannes, 2023). Namun, tindakan ini sering kali memicu reaksi keras dari Tiongkok,yang menganggapnya sebagai provokasi dan ancaman bagi posisi tiongkok di regional dekat China
Dampak-dampak terhadap regional dan global
Dengan situasi Laut China Selatan yang semakin memanas ini telah menyebabkan berbagai dampak untuk daerah sekitar nya seperti dengan ada nya kehadiran militer tiongkok menyebabkan Negara-negara anggota ASEAN mulai meningkatkan perhatian terhadap tujuan strategis Tiongkok, termasuk kemungkinan terjadinya konflik bersenjata (Johannes, 2023).Â
Hal ini menciptakan tantangan utama bagi ASEAN dalam menjaga stabilitas dan keamanan regional.Beberapa negara, seperti Filipina dan Vietnam, telah memperkuat angkatan bersenjata mereka dan menjalin aliansi dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman dari Tiongkok (Hayton, 2014).
Kerjasama baru di antara beberapa negara-negara ASEAN seperti vietnam dan Filipina dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat ini secara tidak langsung membuat Negara-negara dikawasan ini semakin menyadari pentingnya kerjasama untuk menjaga stabilitas dan keamanan.
Namun, ketegangan ini juga dapat menyebabkan perpecahan di dalam ASEAN, mengingatperbedaan kepentingan di antara anggotanya (Sukma Ayu Putri, 2018).Namun bukan itu saja Ketegangan di Laut China Selatan tidak hanya berdampak padanegara-negara di kawasan, tetapi juga memiliki implikasi global.Â
Gangguan terhadap lalu lintas pelayaran di LCS dapat mempengaruhi perdagangan internasional, mengingat wilayah ini
merupakan jalur penting bagi pengiriman barang (Johannes, 2023).
Menurut laporan dari International Maritime Organization, sekitar $3 triliun perdagangan
tahunan melewati Laut China selatan dan setiap gangguan dapat menyebabkan dampak ekonomiyang signifikan (Johannes, 2023). Selain itu, ketegangan ini dapat memicu konflik yang lebih luas, yang akan merugikan semua pihak yang terlibat.Ketegangan yang berkepanjangan dapatmengganggu jalur perdagangan dan investasi di kawasan tersebut.Menurut Ambarwati et al.(2023), ketidakpastian di Laut Cina Selatan dapat mempengaruhi pasar energi global dan meningkatkan harga minyak
Upaya Penyelesaian
Meskipun ketegangan di Laut Cina Selatan terus berlanjut, ada beberapa upaya untuk menyelesaikan konflik ini. Diplomasi multilateral melalui ASEAN dan forum internasionallainnya menjadi salah satu cara untuk meredakan ketegangan.Â
Namun, hasilnya sering kaliterbatas, mengingat kepentingan nasional yang saling bertentangan (Dessy Kartika Sari, 2019).Lalu juga ada pendekatan lain Salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah melaluinegosiasi bilateral antara negara-negara yang terlibat.Â
Misalnya, Filipina dan Tiongkok telahmelakukan dialog untuk menyelesaikan sengketa di Laut Cina Selatan, meskipun hasilnya masih belum memuaskan (Johannes, 2023).
Kesimpulan
Konflik di Laut Cina Selatan mencerminkan kompleksitas geopolitik yang melibatkan kepentingan ekonomi, keamanan, dan diplomasi. Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada negara-negara pengklaim tetapi juga stabilitas dan keamanan global.
Untuk mengatasi konflik ini, pendekatan multilateral melalui ASEAN perlu diperkuat.Negara-negara anggota harus menyusun Code of Conduct yang mengikat secara hukum untuk memastikan penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya UNCLOS.Â
Selain itu,keterlibatan aktor eksternal seperti Amerika Serikat harus diarahkan pada penegakan kebebasan navigasi tanpa memperburuk ketegangan.Upaya diplomasi yang lebih inklusif, yang melibatkan Tiongkok sebagai mitra dialog, diperlukan untuk menciptakan solusi jangka panjang. Hanya melalui kerja sama regional dan internasional,konflik di Laut Cina Selatan dapat dikelola secara damai demi stabilitas dan kemakmuran bersama
Daftar Pustaka
Johannes, R. (2023). Peningkatan Ketegangan Geopolitik di Laut China Selatan. , 11(4).
Hayton, B. (2014). . New Haven and London: Yale University Press.
Kaplan, R. D. (2014). . New York: Random House.
Toruan, G. T. L., & Theodorus, G. (2020). Peran Strategis Indonesia dalam PenyelesaianKonflik Laut China Selatan dalam Perspektif Stabilitas Keamanan Regional. , 6(1), 111-129.
Sukma Ayu Putri. (2018). Peran ASEAN Security Community dalam Persengketaan Laut China Selatan
Ambarwati, A., Putra, A. P., Aryadi, A. W., Nabila, N., Ramli, N., Najwa, A., & Sutriani, S.(2023). Pesona Kekayaan Alam: Sumber Konflik di Kawasan Laut China Selatan. , 18(2),219-240.
Dessy Kartika Sari, L. Y. (2019). Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional TerhadapPenetapan Kepemilikan Pulau Scarborough Shoal Di Laut Cina SelataN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H