Mohon tunggu...
Rafael Kaisar Gultom
Rafael Kaisar Gultom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 7 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Saya adalah mahasiswa Semester 7 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Selama kuliah saya memiliki ketertarikan pada bidang ekonomi, perbatasan dan organisasi internasional. Disaat waktu luang saya suka memilih untuk bermain game khususnya CS2 (Counter Strike 2) dimana bermain game bisa dikatakan merupakan hobi saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Efektivitas ASEAN Way : Studi Kasus Konflik Vietnam-Kamboja (1987-1991) dan Konflik Laut Cina Selatan (2012-2023)

7 Desember 2024   19:48 Diperbarui: 8 Desember 2024   13:36 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.antaranews.com

Pendekatan ini harus berkembang untuk menjawab kebutuhan zaman, dengan tetap mempertahankan prinsip dialog dan konsensus sebagai inti dari diplomasi kawasan. 

Konflik Vietnam-Kamboja adalah contoh kasus yang menunjukkan keberhasilan ASEAN Way dalam menyelesaikan konflik. Ketika Vietnam menginvasi Kamboja pada tahun 1979, menggulingkan rezim Khmer Merah, dan memasang pemerintahan yang didukung oleh Vietnam, ASEAN melihat situasi ini sebagai ancaman bagi stabilitas kawasan. 

Vietnam dianggap melanggar prinsip-prinsip kedaulatan negara, dan ASEAN sebagai organisasi regional meresponsnya dengan cara yang mengutamakan diplomasi. ASEAN, melalui ASEAN Way, berusaha untuk menyatukan negara-negara anggotanya dalam satu suara terhadap Vietnam, dengan mendesak Vietnam untuk mundur dari Kamboja dan mendorong solusi damai. 

Meskipun ada ketegangan dan perbedaan di antara anggota ASEAN terkait bagaimana seharusnya menghadapi Vietnam, pendekatan yang lebih bersifat dialog dan negosiasi memungkinkan ASEAN untuk mendorong proses diplomatik yang pada akhirnya berhasil membentuk solusi yang lebih luas dalam bentuk Perjanjian Perdamaian Paris 1991. 

Di sini, ASEAN Way terbukti efektif karena seluruh negara anggota ASEAN dapat bersatu dalam menghadapi masalah ini meskipun ada perbedaan pandangan politik di dalam kawasan. 

Konsensus dan dialog memungkinkan tercapainya solusi yang dapat diterima bersama. 

Dengan kata lain, dalam konteks ini, ASEAN Way berhasil menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara.

 Sementara itu, ASEAN Way menghadapi tantangan yang lebih besar dalam sengketa Laut Cina Selatan. 

Sengketa ini melibatkan klaim tumpang tindih antara beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei, serta klaim yang lebih besar dari Tiongkok yang menguasai sebagian besar kawasan berdasarkan "garis sembilan putus" (nine-dash line). 

 Tiongkok yang merupakan kekuatan besar dengan pengaruh politik dan ekonomi yang kuat di kawasan ini memperburuk ketegangan dan seringkali tidak mengindahkan upaya diplomatik ASEAN. 

Upaya diplomatik ASEAN melalui berbagai forum, seperti Deklarasi Perilaku Pihak-pihak di Laut Cina Selatan (DOC) 2002 dan negosiasi mengenai Kode Etik (COC), menunjukkan keterbatasan ASEAN Way. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun