"Nanti kamu terlambat sampai lho."
Klara melirik Swatch-nya. "Masih sempat datang sebelum pemberkatan mulai. Bahkan sempat untuk menyalami tamu-tamu."
Tanpa menunggu jawaban, Klara berbalik. Mamih hendak mencegah. Tapi, ia segera ingat betapa antipatinya Klara kepada voorijder. Bisa-bisa kali ini Klara melabrak polisinya.
Hans terkejut ditepuk dengan kata-kata, "Kita berangkat sendiri, Hans. Ayo.."
Hans melihat sekeliling berusaha mencerna situasi. Sejurus kemudian mengangguk. "Pakai mobilku?"
Klara berpikir sejenak. Jika ia memilih naik minisedan Fiesta transmisi manual miliknya, lalu dikemudikan sendiri, ia sanggup lebih gesit ketimbang Vellfire yang dikawal.
Tapi, ia sedang mengenakan stiletto, yang bakal mempersulit kelincahan kakinya di pedal. Karena itu, Klara memilih duduk di samping Hans yang mengemudikan Rush.
Klara melirik jok tengah mobil Hans tersebut. Banyak buku-buku kuliah seperti biasa. Hans juga suka menaruh ransel dan aneka perangkat pendakian di bagian belakang. Semua ada, kecuali parafin yang terlalu berbahaya untuk disimpan dalam mobil.
"Bertengkar lagi dengan Mamih?" tanya Hans.
"Kamu lihat kan motor-motor polisi di depan tadi?"
Hans mengangguk. "Aku sudah duga kamu bakal gondok melihatnya."