"Itu kan usul Mamih," tukas Klara.
"Demi menyenangkan klien, Dear.."
"Hari ini kan tidak ada klien. Mau menyenangkan siapa?"
"Kan hari istimewa untuk kakakmu."
"Lalu, apakah perlu bikin susah orang banyak?"
Mamih sadar puterinya yang satu ini sudah doyan berdebat bahkan sebelum kuliah Ilmu Komunikasi. Ia lalu mencoba mencari celah. "Jika punya uang, siapapun akan menyewa polisi lho, Dear.."
"Tidak juga, Mih.." Klara mementahkannya. "Belakangan kan para pejabat yang menyatakan tak mau pakai voorijder kan langsung dipuji orang banyak, termasuk oleh orang-orang kaya. Artinya, masyarakat anggap sewa voorijder itu kebiasaan buruk yang harus dihentikan."
Mamih menghela nafas. "Terus gimana, Dear? Masa para polisi itu disuruh pulang? Mereka kan disuruh komandannya, yang sudah dapat uang dari Mamih."
Klara mengangkat dagu. "Kalau Vellfire-nya pake voorijder, Klara akan berangkat bareng Hans."
"Lho, tidak bersama-sama? Si Pierre saja sampai sengaja tidak bawa Celica kesayangannya lho." Mamih menyebut nama laki-laki yang siang ini akan jadi menantunya.
"Tidak mau. Kita ketemu di gereja. Sampaikan kepada kakak dan Pierre."